China, India Sumbang Separuh Lebih Jumlah Korban Tewas akibat Polusi Udara

  • Jessica Berman

Seorang perempuan dan anaknya mengenakan masker di Beijing, China yang penuh dengan polusi udara (foto: dok). China dan India memiliki udara terburuk di dunia.

Lebih dari 5,5 juta orang meninggal setiap tahun akibat polusi udara. Lebih dari separuh jumlah korban meninggal itu terjadi di dua negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.

Sebuah laporan baru menyimpulkan bahwa China dan India – dua negara dengan penduduk terpadat di dunia – juga memiliki udara terburuk di dunia. Beberapa pakar mengatakan partikel-partikel kecil yang ada di atmosfir kedua negara itu menimbulkan 55% kematian akibat polusi udara di seluruh dunia.

Dan Greenbaum, Kepala Health Effects Institute di Boston, sebuah LSM yang menganalisa dampak kesehatan dari beragam sumber polusi udara – mengatakan.

“Tinggal di daerah-daerah dengan tingkat polusi tinggi bisa meningkatkan penyakit jantung dan paru-paru, dan mati muda,” kata Greenbaum.

Tim riset internasional yang berasal dari Kanada, Amerika, China dan India mengumpulkan perkiraan dampak polusi udara, yang dipusatkan pada China dan India.

Greenbaum dan mitra-mitranya menyampaikan hasilnya dalam pertemuan tahunan American Association for the Advancement of Science.

Greenbaum mengatakan memasak di dalam rumah juga ikut menyumbang polusi udara yang signifikan dan menimbulkan dampak pada kehidupan manusia.

“Ini merupakan isu yang sangat penting di China dan India, tapi tidak terlalu menjadi masalah di China karena mereka mulai mendorong orang untuk menggunakan gas elpiji dan gas alam, dan bukan batubara. Tetapi di India, masih banyak orang yang membakar kayu dan bahan bakar biomassa, kotoran sapi atau sumber-sumber lain. Ini menimbulkan paparan polusi luar biasa di dalam rumah, khususnya terhadap para ibu dan anak yang memasak atau berada di dekat kompor," tambahnya.

Sementara itu di China, sumber polusi udara terbesar adalah pembakaran batubara, meskipun Greenbaum mengatakan China mulai berupaya memperbaiki masalah itu.

“China kini memperketat standar kendaraan baru, membersihkan bahan bakar dan benar-benar berkomitmen untuk membatasi dan mengurangi penggunaan batubara. Tetapi tingkat polusi udara di Beijing saat ini delapan hingga sepuluh kali lebih tinggi daripada standar kesehatan yang ditetapkan oleh WHO, sehingga masih banyak hal yang harus dilakukan," ujar Greenbaum.

Laporan itu memperkirakan bahwa jika China tidak menerapkan standar polusi udara yang lebih ketat, membatasi pembakaran batubara dan emisi partikel dari pabrik-pabrik dan pembangkit listrik, maka lebih dari satu juta orang akan mati lebih cepat menjelang tahun 2030.

Kemajuan ekonomi di Amerika, Eropa Barat dan Jepang juga menyumbang pada tingkat polusi udara yang tinggi, kata laporan itu. [em/ii]