China pada Selasa (15/8) mengecam ritual persembahan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida ke Kuil Yasukuni yang dinilai sebagai simbol militerisme. Beijing menyebutnya sebagai “langkah negatif” yang mencerminkan “sikap Jepang yang menyalahi sejarah.”
Kishida mengirim ornamen religius ke kuil kontroversial itu pada Selasa ketika negara itu memperingati 78 tahun kekalahannya dalam Perang Dunia II.
BACA JUGA: Sejumlah Legislator Jepang Kunjungi Kuil Yasukuni yang KontroversialChina telah menyampaikan keluhan “keras” kepada Jepang, kata Juru Bicara Menteri Luar Negeri China Wang Wenbin dalam jumpa pers hariannya.
“Menghadapi secara jujur dan merenungkan secara mendalam sejarah agresi merupakan prasyarat penting bagi Jepang untuk melanjutkan hubungan normal pasca-perangnya dengan negara-negara tetangganya di Asia,” kata Wang.
Banyak warga China yang masih memendam rasa benci terhadap agresi Jepang ke China, terutama pada awal Perang China-Jepang Kedua yang brutal pada 1937-1945, di mana terjadi peristiwa Pemerkosaan Nanking.
Sebagian besar legitimasi Partai Komunis China yang berkuasa didasarkan pada penentangannya terhadap para penjajah dan berusaha menggunakan memori konflik itu sebagai daya tawar diplomatiknya dengan Tokyo, meski hubungan dagang kedua negara itu sangat erat.
Saat ditanya mengenai pertemuan tingkat tinggi antara Amerika Serikat (AS), Jepang dan Korea Selatan untuk meningkatkan kerja sama militer, Wang mengatakan, China menolak “negara-negara terkait membentuk persekutuan” dan menolak praktik yang “memperuncing konfrontasi dan membahayakan keamanan strategis negara-negara lain.”
BACA JUGA: PM Jepang Kirim Persembahan ke Kuil Kontroversial“Kami berharap negara-negara yang bersangkutan akan mengikuti tren zaman dan melakukan sesuatu yang kondusif bagi perdamaian, stabilitas dan kemakmuran kawasan,” kata Wang.
Ketiga negara itu diperkirakan akan mengumumkan rencana untuk memperluas kerja sama militer dalam pengembangan pertahanan dan teknologi rudal balistik di tengah kekhawatiran soal program nuklir Korea Utara, ketika para pemimpin ketiga negara berkumpul di Camp David untuk melangsungkan konferensi tingkat tinggi pada Jumat (18/8) mendatang, menurut dua pejabat senior AS. [rd/rs]