China mengatakan telah menangkap sejumlah orang yang melakukan tindakan mata-mata untuk Taiwan dan membongkar serangkaian kasus spionase terkait Taiwan.
Laporan-laporan yang disampaikan televisi pemerintah dan media-media pemberitaan lain, Minggu (11/10) malam, menyebutkan sejumlah tersangka mata-mata ditahan, namun jumlah dan identitas mereka tidak diketahui pasti.
Taiwan, Senin (12/10), menanggapi tuduhan China itu sebagai spekulasi politik. Dewan Taiwan untuk Urusan China Daratan, dalam sebuah pernyataannya mengatakan, China telah secara keliru menuding orang-orang Taiwan sebagai mata-mata, dan tindakan itu telah mencederai hubungan antara kedua pihak.
China dan Taiwan terpecah akibat perang saudara pada 1949. Kedua pihak masih menjalin hubungan bisnis yang ekstensif namun tidak memiliki hubungan diplomatik resmi. Kedua pihak juga secara reguler mengumpulkan informasi intelijen mengenai satu sama lain.
BACA JUGA: Taiwan Bertekad Tidak Akan Mundur Hadapi Intimidasi ChinaTelevisi pemerintah China, CCTV, melaporkan dinas keamanan China telah berhasil memecahkan lebih dari 100 kasus mata-mata terkait Taiwan lewat usaha yang disebut Operasi Halilintar 2020.
CCTV mengidentifikasi seorang tersangka pria Taiwan bernama Li Mengju, yang menurut mereka mengambil gambar-gambar pasukan polisi paramiliter di Shenzhen, sebuah kota dekat perbatasan Hong Kong. CCTV menyatakan, ia ditahan sejak Agustus lalu di pintu perbatasan Shenzhen.
“Foto-foto dan video-video yang diambilnya cukup memadai untuk analisis organisasi spionase profesional. Memungkinkan mereka untuk memperkirakan jumlah personel dan status persenjataannya,” kata seorang polisi yang tidak diungkapkan namanya dalam laporan itu.
Hingga berita ini diturunkan, menurut Associated Press, tidak jelas apa informasi lain yang dituduh telah dikumpulkan Li, atau apa yang dituduhkan terhadap para tersangka lain.[ab/uh]