Noam Chomsky tentang Suriah, Iran, dan Kuba

Noam Chomsky, pemikir terkenal di Amerika dan Profesor emeritus di MIT (foto: dok).

Noam Chomsky adalah salah seorang pemikir terkenal di Amerika abad ini. Ia adalah seorang pakar sejarah, pembangkang politik dan Profesor emeritus pada perguruan tinggi terkenal Massachusetts Institute of Technology atau MIT.

Chomsky tidak segan-segan menyatakan pendapatnya yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah Amerika. Belum lama ini ia memberikan ceramah di sebuah perguruan tinggi di New York, dan membahas berbagai kebijakan Amerika tentang Suriah, Iran dan Kuba.

Setelah memberikan ceramah panjang lebar tentang hal-hal itu, Professor Chomsky menjawab sejumlah pertanyaan dari hadirin. Tentang perang saudara di Suriah yang memicu krisis pengungsian besar-besaran ke Eropa, ia mengatakan, satu-satunya penyelesaian adalah mengikut-sertakan pemerintahan Bashar al-Assad dan kelompok-kelompok penentangnya, tanpa mensyaratkan bahwa Asaad harus mundur seperti yang dituntut Amerika.

“Sudah jelas bahwa pemerintahan Assad tidak akan mau berunding dengan kelompok pemberontak kalau tujuannya adalah supaya ia turun. Inilah sikap pemerintah Amerika dan sekutu-sekutunya: perundingan harus diadakan dengan syarat Assad mundur. Tapi kalau ini dipaksakan, Assad akan menolak dan ini berarti kehancuran akan terus berlanjut di Suriah.”

Kata Chomsky, pemerintah Rusia pada tahun 2012 pernah mengajukan usul untuk membentuk pemerintahan sementara di Suriah yang tidak akan mengikut-sertakan Bashar al-Asaad. Tapi usul ini ditolak Amerika dan sejumlah negara barat.

Ketika ditanya tentang hubungan Amerika dengan Iran setelah dicapainya persetujuan tentang program nuklir negara itu, Noam Chomsky menjawab:

“Bisa dipastikan bahwa perusahaan-perusahaan energi Amerika akan sangat senang kalau bisa kembali masuk ke Iran. Mereka marah karena sejumlah negara telah mulai mengirim delegasi dagang dan calon-calon investor untuk memanfaatkan perbaikan iklim politik setelah dicapainya perjanjian itu. Tapi perusahaan-perusahaan Amerika masih dilarang melakukan bisnis dengan Iran selama sanksi-sanksi atas negara itu belum dicabut sepenuhnya," ujarnya.

Menurut Chomsky, sanksi-sanksi itu dikenakan oleh Amerika dan sekutu-sekutunya pada dasarnya adalah untuk menghukum Iran, karena negara itu telah berani menantang kekuatan Amerika.

“Iran harus dihukum karena telah melakukan kejahatan yang serius, yaitu membangkang perintah Amerika. Salah satu doktrin tidak tertulis dalam hubungan internasional adalah apa yang disebut Doktrin Mafia. Kebijakan internasional negara besar dijalankan kurang lebih sama dengan cara kerja kelompok Mafia itu. Kalau ada pemilik toko yang tidak mau membayar upeti, pemiliknya akan disiksa atau dibunuh. Kadang-kadang kelompok Mafia itu tidak membutuhkan upeti dari pemilik toko kecil tadi, tapi kalau dibiarkan, mereka khawatir pembangkangan itu akan meluas dan melemahkan kekuatan mereka.”

Kejahatan yang dilakukan pemerintah Islam Iran di bawah mendiang Ayatollah Khomeini pada tahun 1979 itu, kata Chomsky, adalah menggulingkan Shah Iran yang didukung Amerika.

Kata Chomsky, hubungan Amerika dengan Kuba yang tegang sejak akhir tahun ‘50-an ada miripnya dengan hubungan Amerika dan Iran. [ii]