Pejabat CIA: Banyak Informasi tentang Saddam Hussein Salah

Saddam Hussein ketika hadir dalam pengadilan di Baghdad, Irak tahun 2006 (foto: dok).

Sepuluh tahun yang lalu, pemimpin Irak Saddam Hussein dihukum mati di sebuah tempat yang tidak diumumkan di Baghdad. Saddam digulingkan tidak lama setelah Presiden Amerika George W. Bush melancarkan invasi pada bulan Maret tahun 2003, karena dituduh telah menimbun senjata-senjata pemusnah massal dan punya hubungan dengan al-Qaida.

Tapi John Nixon, seorang pejabat tinggi Dinas Intelijen Amerika (CIA), yang pertama kali menginterogasi Saddam tidak lama setelah ia ditangkap, mengatakan apa yang diketahui CIA menjelang invasi itu ternyata banyak yang salah.

John Nixon menerbitkan buku tentang Saddam Hussein, di mana ia mengatakan, pemimpin Irak itu tidak punya senjata pemusnah massal dan bahkan sangat mengecam al-Qaida serta kelompok-kelompok Islam yang terilhami oleh ajaran Wahhabi dari Arab Saudi.

Dalam wawancara dengan stasiun radio dan televisi Democracy Now!, John Nixon mengatakan Saddam Hussein bahkan telah menyerahkan sebagian besar kekuasaan pemerintahan kepada para pembantu seniornya sebelum Presiden Bush melancarkan serangan. Kata Saddam kepada Nixon, ia melakukan hal itu supaya bisa memusatkan perhatian pada sebuah buku yang sedang ditulisnya.

“Satu hal yang paling berkesan bagi saya, adalah ketika ia mengatakan ‘kau tahu, saya sedang menulis buku,” dan pelimpahan kekuasaan yang dilakukannya sama sekali tidak diketahui oleh CIA.

“Kita masih beranggapan bahwa Saddam adalah seorang manipulator ulung dan seseorang yang aktif menentukan apa yang harus dilakukan. Padahal ia telah menyerahkan kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan sehari-hari kepada para pembantu seniornya,” kata John Nixon.

Kata Nixon lagi, dari hasil pertemuan dan percakapannya dengan Saddam Hussein ia mendapati bahwa Saddam adalah “salah seorang tokoh yang paling karismatik” yang pernah ditemuinya, walaupun ketika itu ia berada dalam status sebagai tawanan.

Ketika ia menanyakan tentang program senjata pemusnah massal, Saddam mengatakan ia telah menghentikan proyek itu sejak tahun 1995, dan, “berdasarkan pembicaraan saya dengannya dan dengan sejumlah para penasihatnya, dan dari semua dokumentasi yang kita punyai, kami tidak menemukan apapun, dan saya berkesimpulan bahwa dia memang telah menghentikan program itu.”

John Nixon juga ditanya tentang tuduhan Amerika yang mengatakan bahwa Saddam pernah memerintahkan penggunaan senjata pemusnah massal itu terhadap suku Kurdi Irak.

“Ketika saya tanyakan hal itu padanya, ia menjadi sangat marah. Ia mengatakan tidak memerintahkan penggunaan senjata kimia atas penduduk Kurdi di Halabja. Saddam bahkan sangat marah pada komandan militernya yang mengambil keputusan itu, khususnya karena senjata itu digunakan di kawasan Kurdi yang bersekutu dengan Iran.”

Saddam mengatakan ia sangat kuatir bahwa Iran, yang pernah terlibat perang panjang dengan Irak, akan memanfaatkan peristiwa itu sebagai bahan propaganda.

John Nixon mengatakan, bahwa menurut Saddam peristiwa serangan 11 September di Amerika mestinya dapat memperkuat hubungan Amerika dengan Irak.

Jadi apa jawaban CIA dan Presiden Bush tentang informasi yang diperolehnya langsung dari Saddam Hussein?

“Ketika mereka mengetahui bahwa kami tidak punya jawaban yang mereka kehendaki, mereka tidak berminat lagi, dan sebulan setelah Saddam Hussein dihukum mati, sikap Presiden Bush adalah, “Saya tidak mau bicara lagi soal Irak. Mari kita bahas soal lain,” kata Bush.

Empat belas tahun setelah serbuan Amerika ke Irak, perdamaian belum kunjung tiba di negara itu, walaupun telah menelan korban ratusan ribu warga Irak. [ii]