CIA Bela Metode Interogasi atas Tersangka Teroris

Direktur CIA John Brennan membela metode interogasi CIA terhadap para tersangka teroris, dalam jumpa pers hari Kamis (11/12).

Direktur CIA John Brennan hari Kamis (11/12) mengatakan berbagai taktik interogasi itu menghasilkan informasi berguna bagi Amerika untuk mencegah serangan teror.

Direktur Badan Intelijen Amerika (CIA) membela penggunaan teknik-teknik interogasi ekstrem dalam menangani tersangka teroris pasca serangan teror 11 September 2001 di Amerika.

Dalam jumpa pers yang jarang di kantor pusat CIA, John Brennan hari Kamis (11/12) mengatakan berbagai taktik itu menghasilkan informasi berguna bagi Amerika untuk mencegah serangan dan menangkap teroris al-Qaida.

Ia menyanggah laporan Senat Amerika yang dirilis minggu ini bahwa metode interogasi CIA tidak menghasilkan data intelijen berarti dan tekniknya setara dengan penyiksaan. Ia mengakui beberapa agen CIA memang melampaui batasan yang diperbolehkan ketika menginterogasi tersangka, dan tindakan semacam itu “pantas untuk ditentang.”

Sebelumnya pekan ini, sebuah laporan Senat merinci bagaimana para interogator CIA menggunakan metode interogasi yang brutal terhadap para tahanan, termasuk waterboarding, atau seolah-olah ditenggelamkan, pemberian makan secara paksa melalui dubur dan pura-pura dieksekusi.

Brennan menolak menyatakan apakah salah satu metode yang digunakan dapat disebut sebagai penyiksaan, meskipun ia mengatakan bahwa para petugas CIA dalam jumlah terbatas telah “melewati batas” aturan yang diperbolehkan dan menyiksa para tahanan.

Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika (CIA) John Brennan mengecam keras mereka yang menuduh badan yang dipimpinnya itu menyiksa para tahanan di penjara-penjara rahasia, dengan mengatakan metode-metode interogasi CIA membantu mencegah serangan teror terhadap Amerika.

Dalam konferensi pers yang ditayangkan langsung dari markas besar CIA hari Kamis, Brennan mengakui bahwa metode menyeramkan digunakan terhadap para tersangka teroris setelah serangan 11 September 2001 terhadap Amerika.

Tetapi ia lebih banyak membela program interogasi CIA dengan mengatakan bahwa informasi yang bermanfaat dan berharga diperoleh setelah CIA menggunakan apa yang ia sebut sebagai teknik-teknik interogasi yang ditingkatkan, EIT.

Tetapi ia juga memuji “sebagian besar” agen intelijen CIA atas upaya mereka pasca serangan 11 September 2001 yang menewaskan hampir 3.000 orang.

Brennan menambahkan ia tidak mengetahui pasti apakah berbagai metode interogasi ekstrem itu secara langsung berkaitan dengan informasi yang diperoleh CIA dari para tersangka teror.

Presiden Barack Obama melarang teknik-teknik interogasi ekstrem itu tahun 2009 dan mengatakan kesalahan mengerikan itu sebaiknya tidak terulang.

Sebelumnya mantan wakil presiden Amerika Dick Cheney mengatakan Badan Intelijen Amerika (CIA) melakukan persis seperti yang diinginkan Gedung Putih dalam menginterogasi para tersangka teroris.

Dalam wawancara dengan acara televisi Fox News hari Rabu, interogasi itu dirancang untuk menangkap pelaku serangan itu dan memastikan peristiwa semacam itu tidak terulang.

Cheney menegaskan CIA pantas mendapat “banyak pujian”, bukannya kecaman.

Mantan wakil presiden Amerika saat itu mengatakan memang ada beberapa masalah dengan program interogasi itu, tetapi CIA “dengan sangat hati-hati menghindari penyiksaan.” Ia juga berkeras interogasi CIA menghasilkan informasi yang menurutnya “penting” dalam mencegah serangan teror.

Sementara itu, Amerika menutup fasilitas penahanan terakhirnya di Afghanistan setelah melepaskan tiga tahanan. Menurut laporan Senat itu, CIA menerapkan berbagai metode interogasi ekstrem mereka terhadap tersangka teroris di penjara Bagram itu.

Hari Rabu, Departemen Kehakiman Amerika mengatakan Amerika bertekad untuk mematuhi semua kewajiban dalam dan luar negerinya tetapi menolak tuntutan proses hukum terhadap pejabat Amerika terkait.