Hanya setahun yang lalu, Sungai Ciliwung di Jakarta sangat bau dan dipenuhi dengan lapisan plastik dan sampah.
Sekarang, setelah aktivitas pembersihan yang melibatkan ratusan tenaga sukarela, sungai itu menjadi lokasi upacara pernikahan pasangan muda yang tumbuh besar di bantaran sungai untuk menginspirasi orang-orang lain untuk membantu melestarikan lingkungan hidup yang rentan.
"Kita telah menunjukkan cinta kita untuk bahasa, budaya, sekarang kita seharusnya mulai menunjukkan cinta kita untuk lingkungan," ujar pengantin pria, Novanto Rahman. Pasangannya, Sandra Fidelia Novianti, adalah tenaga sukarela untuk Komunitas Ciliwung Depok yang meluncurkan aksi pembersihan ini dengan pemerintah daerah pada 2015.
Pasangan itu mengucapkan janji setia di atas perahu karet yang dihiasi bunga dan didayung di Sungai Ciliwung pada 18 Desember, hal yang sebelumnya mustahil dilakukan karena tumpukan sampah di badan air.
Ciliwung, yang melintasi jarak 100 kilometer dari hulunya di Jawa Barat sampai Teluk Jakarta, memainkan peranan penting dalam penghidupan ibukota sejak abad 17.
Meskipun kualitas air buruk, masyarakat miskin yang hidup di pinggir sungai telah menggunakan airnya untuk mencuci pakaian dan mandi.
Namun Ciliwung kemudian menjadi tempat pembuangan sampah dan hampir tidak bisa mengalir ke Teluk Jakarta. Hal ini berkontribusi pada banjirnya dataran berawa-rawa di Jakarta dan sekitarnya, yang permukaannya telah turun 4 meter dalam 30 tahun terakhir.
Gubernur Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama telah menggusur sejumlah penhuni di bantaran sungai untuk memungkinkan sungai mengalir.
Pendiri Komunitas Ciliwung Depok, Taufiq Deso, mengatakan ia berharap bantuan masyarakat dalam membersihkan sungai akan memusatkan perhatian pemerintah pada masalah tersebut.
Sekitar 4.000 pekerja kota membersihkan sampah dari 13 sungai dan ratusan kanal yang ada di ibukota, menurut Dinas Kebersihan Jakarta.
Meskipun ada pengurangan sampah di permukaan Ciliwung, seorang aktivis lingkungan hidup mengatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas air diperlukan penegakan hukum yang lebih baik untuk melawan mereka yang mencemari sungai.
"Meskipun ada bukti yang menunjukkan beberapa perusahaan bersalah membuang limbah ke sungai, perusahaan-perusahaan ini masih terus beroperasi," ujar Dwi Sawung dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi). [hd]