Clinton Fokus pada Lingkungan Hidup, Trump Berupaya Raih Simpati Publik

Dari kiri: Capres AS Donald Trump (Republik) dan Hillary Clinton (kanan) dalam rally kampanye mereka, pasca Debat kedua, Minggu (9/10) yang lalu.

Dukungan terhadap calon presiden Demokrat Hillary Clinton meningkat setelah debat kedua hari Minggu dengan lawannya, calon Republik Donald Trump.

Dengan kurang dari satu bulan sebelum pemilu di Amerika, kedua kandidat presiden menyiapkan diri untuk mencapai garis finish pada tanggal 8 November. Dukungan terhadap calon presiden Demokrat, Hillary Clinton, meningkat setelah debat kedua hari Minggu dengan lawannya, calon Republik Donald Trump.

Keunggulan yang mantap dalam jajak pendapat itu telah memungkinkan Clinton untuk memusatkan perhatian pada agenda politik, sementara Trump harus mengatasi dampak video yang telah membuat kaum perempuan marah.

Dalam pidato kampanyenya di Miami, Florida, hari Selasa (11/10) Hillary Clinton menggunakan kehancuran akibat Badai Matthew untuk berbicara tentang perubahan iklim.

“Sekarang suhu air laut hampir mencapai rekor tertinggi, dan keadaan itu berkontribusi pada hujan lebat dan banjir bandang yang terjadi di North Carolina dan South Carolina. Tingkat permukaan laut telah naik sekitar satu kaki, satu kaki di banyak bagian Amerika sebelah tenggara,” kata Hillary Clinton.

Clinton memperingatkan bahwa kenaikan permukaan laut bisa menyebabkan kerugian bisnis perumahan hingga $400 miliar hanya dalam satu generasi di Florida.

Clinton mengatakan perubahan iklim juga berdampak pada kesehatan rakyat Amerika.

“Nyamuk yang membawa penyakit seperti virus Zika dan kutu penyebab penyakit Lyme (jenis peradangan yang ditularkan pada manusia dan hewan) memperluas jangkauannya, dan musim panas yang lebih panas dan musim serbuk sari tanaman yang lebih lama membuat alergi dan asma semakin parah, dan terutama buruk bagi anak-anak kita,” lanjut Hillary.

Clinton mengatakan sebagai presiden ia akan membuat Amerika Serikat mengalahkan China dan Jerman dalam persaingan untuk menjadi negara adidaya energi bersih di dunia.

Ikut dalam kampanye itu adalah mantan Wakil Presiden Al Gore, pemenang Hadiah Nobel untuk pengabdiannya dalam mengatasi perubahan iklim. Gore memenangkan suara terbanyak dalam pemilihan presiden tahun 2000, tetapi kalah dalam jumlah suara elektoral. Banyak pihak menyalahkan kekalahan itu pada penghitungan surat suara di Florida.

Sementara itu, calon presiden Republik Donald Trump mengadakan penggalangan dana di San Antonio, Texas, hari Selasa. Dia bertekad akan terus bersaing sampai akhir meskipun dukungan terhadapnya semakin memudar dan dia ditinggalkan oleh banyak tokoh Partai Republik.

Dalam kesempatan itu, Trump mengatakan, “Pada tanggal 8 November, arogansi Washington D.C. akan berhadapan langsung dengan putusan yang adil oleh pemilih Amerika.”

Kandidat Partai Republik itu memiliki basis pemilih yang setia, tetapi video yang muncul Jumat lalu, di mana Trump yang ketika itu baru saja menikah mengatakan dia berusaha untuk berhubungan seks dengan wanita yang sudah menikah, kemungkinan akan mempengaruhi sebagian pemilih yang belum memutuskan pilihan di Florida, Michigan, Ohio, Pennsylvania dan negara-negara bagian lain yang disebut swing states, di mana dukungan terhadap kedua kandidat seimbang.

Sebagai tanggapan, Trump telah mengeluarkan video di mana dia meminta maaf atas pernyataan menyinggung yang pernah diucapkannya, dan mengatakan dia tidak pernah melakukan apa yang diucapkannya itu.

“Mantan Presiden Bill Clinton sesungguhnya telah berbuat tidak senonoh terhadap perempuan dan Hillary telah menggertak dan mengancam, menyerang, mempermalukan dan mengintimidasi para perempuan korban suaminya,” lanjut Trump.

Dalam pesan video itu Trump mengatakan dia ingin berjuang untuk warga Amerika yang kurang beruntung dan berjanji untuk menjadi orang yang lebih baik. [lt/as]