COP26: Pemimpin Afrika Serukan Negara-Negara Kaya Agar Penuhi Janji Bantuan $100 Miliar

Presiden Ghana Nana Akufo-Addo menyampaikan pernyataan nasional mereka dalam KTT Iklim PBB (COP26) di Glasgow, Skotlandia, 2 November 2021. (HANNAH MCKAY / POOL / AFP)

Negara-negara Afrika pada KTT iklim PBB COP26 di Glasgow, Skotlandia, telah mengkritik negara-negara kaya karena gagal memenuhi janji mereka memberi miliaran dolar untuk membantu mereka mengatasi perubahan iklim.

Negara-negara terkaya di dunia, G20, menyumbang 80 persen emisi gas rumah kaca. Namun, para ilmuwan mengatakan negara-negara yang lebih miskin, khususnya di Afrika, yang menderita dampak terburuk dari perubahan iklim.

Negara-negara kaya berjanji pada tahun 2009 untuk memberi negara-negara berkembang 100 miliar dolar per tahun untuk membantu mereka mengatasi perubahan iklim, tetapi target itu diundur ke tahun 2023 pada awal KTT COP26.

Berbicara pada konferensi itu hari Selasa, para pemimpin Afrika menyuarakan kemarahan mereka. Nana Addo Dankwa Akufo-Addo, presiden Ghana, mengatakan, rakyat Afrika “wajar saja kecewa.”

“Negara-negara yang sama itu, bersikeras bahwa kami mengabaikan kesempatan bagi pembangunan ekonomi kami dengan pesat. Ini sama saja dengan mengabadikan ketimpangan dalam komunitas global pada tingkat tertinggi,” kata Akufo-Addo kepada para delegasi.

Surangel Whipps Jr., presiden negara pulau di Pasifik, Palau, juga berkata sama pedasnya. “Terus terang, kematian yang lambat dan menyakitkan itu tidak terhormat,” katanya. “Anda bisa mengebom pulau-pulau kami daripada membuat kami menderita. Para pemimpin G20, kami tenggelam, dan satu-satunya harapan kami adalah pelampung penyelamat yang Anda pegang.”

Imbauan mereka tidak berhasil mengubah jadwal. Tetapi perasaan frustrasi mereka diredakan oleh kemajuan dalam hal darurat iklim penting lainnya.

Your browser doesn’t support HTML5

Pemimpin Dunia Janji Akhiri Deforestasi Sebelum 2030 di KTT COP26

Lebih dari 100 pemimpin dunia sepakat untuk mengakhiri deforestasi pada tahun 2030, didukung oleh hampir 20 miliar dolar dana publik dan swasta. Di antara pemimpin itu adalah presiden Brasil, Jair Bolsonaro, yang tidak menghadiri KTT itu. Ia berpidato melalui tautan video.

“Kita berkomitmen untuk menghapus deforestasi ilegal pada tahun 2030. Saya meminta setiap negara untuk membantu mempertahankan semua hutan, termasuk dengan sumber daya yang cukup demi kepentingan semua,” katanya.

Deforestasi telah meningkat di Amazon di bawah pemerintahan Bolsonaro, hingga ke tingkat tertinggi dalam satu dekade ini. Chief Ninawa, seorang pemimpin suku pribumi Brasil yang menghadiri KTT COP26 merasa skeptis atas janji Bolsonaro.

“Ini tidak akan menyelesaikan masalah sosial di komunitas kami, di mana tidak ada air, ada deforestasi, di mana ada pencemaran sungai. Ada investasi yang hanya akan memberi kebebasan kepada perusahaan-perusahaan untuk membuat mereka terus melakukan pencemaran,” kata Ninawa kepada Reuters.

BACA JUGA: Biden Umumkan Rencana Pengurangan Emisi Metana pada COP26

Lebih dari 100 negara juga menandatangani Ikrar Metana Global yang dipimpin AS-Eropa untuk memangkas emisi hingga 30 persen pada tahun 2030. Metana 80 kali lebih kuat daripada karbon dioksida dalam menggerakkan pemanasan global, kata Steve Hamburg, kepala ilmuwan di Environmental Defense Fund.

“Ini kemajuan sangat penting dalam mengatasi krisis iklim karena kita sekarang dapat memikirkan emisi metana secara terpisah dari karbon dioksida. Dan mengakui tentang pengurangan metana itu mewakili pendorong besar dalam mencapai kemajuan untuk mengurangi laju pemanasan,” kata Hamburg kepada VOA pada KTT tersebut.

China dan Rusia, dua penghasil metana terbesar di dunia, tidak menandatangani ikrar tersebut.

BACA JUGA: Pemimpin G20 Janji Setop Pembiayaan PLTU Batu Bara di Luar Negeri

Absennya presiden China, Rusia dan Brasil telah menimbulkan pertanyaan mengenai seberapa efektif KTT itu dalam membatasi pemanasan global. Tuan rumah, PM Inggris Boris Johnson, Selasa (11/3) mengatakan ia optimistis meski tetap berhati-hati.

Meskipun mungkin tidak ada terobosan besar dalam mengurangi emisi secara keseluruhan pada COP26, para penyelenggara mengatakan kesepakatan yang lebih kecil dan bertarget dalam melindungi hutan hujan tropis, memangkas metana dan membantu negara-negara kepulauan yang rentan, menambah kemajuan signifikan dalam menangani perubahan iklim.

Para pemimpin dunia telah kembali ke negara mereka. Tim perunding mereka kini akan memutuskan nasib KTT, dan, kata banyak ilmuwan, masa depan planet Bumi. [uh/ab]