Pandemi COVID-19 belum berakhir. Munculnya varian baru Omicron mengingatkan semua bahwa tidak ada yang aman sampai semua orang divaksinasi. Karena itu, kita perlu memperkuat upaya global untuk mengenyahkan pandemi COVID-19.
Dalam jumpa pers secara virtual, pada Rabu (19/1) malam, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, salah satu Ketua Covax Advance Market Commitment Engagement Group (AMC EG) mengatakan empat hari lalu menjadi penanda Covax telah berhasil menyalurkan satu miliar dosis vaksin COVID-19 ke seluruh dunia. Dia mengakui pencapaian tersebut tentu tidak mudah karena Covax menghadapi banyak tantangan.
"Tapi akhirnya Covax membuktikan multilateralisme dapat bekerja dan bermanfaat bagi masyarakat di seluruh dunia. Covax memperlihatkan kita bisa berhasil kalau kita bekerjasama dan mengutamakan solidaritas. Bagi banyak negara, Covax sangat diandalkan untuk memperoleh pasokan vaksin Covid-19," kata Retno.
Retno menambahkan tanpa adanya keberadaan Covax, makin banyak negara tidak mampu yang tidak mencapai target yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 70 persen penduduk di tiap negara telah divaksinasi paling lambat pada pertengahan tahun ini.
Retno menyerukan kepada semua negara dan komunitas donor untuk mendukung Covax melalui investasi. Dia menekankan ini bukan sekadar masalah amal tapi merupakan kepentingan bersama untuk memastikan Covax menyalurkan semua bantuan vaksin COVID-19 ke seluruh dunia.
Ia menegaskan 2022 harus menjadi tahun pemulihan global dan vaksinasi merupakan langkah pertama untuk meraih tujuan itu.
BACA JUGA: N95? KF94? Masker Mana yang Terbaik Lindungi dari COVID-19Dalam kesempatan tersebut, Direktur Jenderal WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) Thedros Adhanom Ghebreyesus menjelaskan sejak pandemi COVID-19 terjadi awal Maret 2020, sudah hampir sepuluh miliar dosis vaksin COVID-19 disuntikan di seluruh dunia dan lebih dari setengah penduduk dunia telah menerima setidaknya satu dosis suntikan.
"Tapi itu juga berarti hampir setengah penduduk dunia belum divaksinasi COVID-19. Negara-negara berpendapatan rendah tertinggal. Tidak adanya kesetaraan akses bagi semua negara terhadap vaksin Covid-19 menjadikan munculnya varian baru Omicron. Nantinya dapat lebih buruk. Pandemi ini masih jauh dari usai," ujar Thedros.
Menurutnya pencapaian Covax dengan menyalurkan satu miliar dosis vaksin COVID-19 menunjukkan kekuatan multilateralisme. Dengan mulai melonggarnya pembatasan di banyak negara, peningkatan pengiriman vaksin COVID-19 oleh Covax sangat penting untuk mencapai target minimal 70 persen dari penduduk di tiap negara telah divaksinasi paling lambat pertengahan tahun ini.
Menurut Thedros, investasi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas Covax dalam sistem pengiriman vaksin COVID-19 ke berbagai negara yang membutuhkan. Dia menegaskan koordinasi global dan pendanaan merupakan satu-satunya cara untuk membasmi virus COVID-19.
Para pemimpin dunia, tambah Thedros, memiliki dua pilihan, apakah tahun ini akan menjadi tonggak meredanya situasi pandemi COVID-19 atau malah makin memperpanjang masa pandemi.
BACA JUGA: Omicron Menggila, Jokowi: Kurangi Mobilitas, Kembali ‘WFH’Menurut Jose Manuel Barroso, Ketua Dewan Gavi, pihaknya sudah memperoleh komitmen baru dukungan dana US$192 juta dari sejumlah negara donor dan filantropis. Uni Eropa juga berkomitmen memberikan sokongan 300 juta euro melalui European Investment Bank.
Covax AMC EG adalah forum komunikasi antara Covax dan 92 negara AMC untuk membahas upaya memastikan kesetaraan akses terhadap vaksin COVID-19. Melalui skema ini, negara AMC dapat memperoleh vaksin hingga 20 persen dari total populasinya.
Hingga 6 Desember 2021, Indonesia telah menerima 45.224.550 dosis vaksin COVID-19 dari Fasilitas Covax. [fw/ka]