COVID-19, Ketegangan Politik Picu Diskriminasi Anti-China di Australia 

Antrean warga di sebuah lokasi tes COVID-19 di pantai utara Sydney, Australia, 21 Desember 2020.

Menurut sebuah survei baru, satu dari lima orang Tionghoa Australia mengatakan bahwa mereka telah diancam atau diserang secara fisik karena asal usul mereka dalam satu tahun terakhir. Para responden penelitian oleh Lowy Institute yang berbasis di Sydney itu menyalahkan diskriminasi pada virus corona, yang pertama kali terdeteksi di China, dan keretakan politik yang berkembang antara Beijing dan Canberra.

Your browser doesn’t support HTML5

COVID-19 dan Ketegangan Politik Picu Diskriminasi Anti-China di Australia

Sebuah survei oleh Lowy Institute menunjukkan bahwa sebagian besar komunitas Tionghoa percaya Australia adalah tempat yang baik untuk hidup, dan sebagian besar merasa menjadi bagian dari negara itu. Namun, 18 persen responden mengatakan mereka telah diintimidasi atau diserang secara fisik karena pandemi dan meningkatnya ketegangan diplomatik. Sekitar sepertiganya mengatakan bahwa mereka telah dianiaya secara verbal dalam setahun terakhir.

“Orang-orang memang menunjukkan bahwa COVID-19 dan hubungan Australia-China adalah dua faktor teratas yang memengaruhi pengalaman diskriminasi mereka,” kata Jennifer Hsu, peneliti di Program Opini Publik dan Kebijakan Luar Negeri di Lowy Institute.

BACA JUGA: Lagi, Pelajar China Jadi Korban Penculikan Virtual di Australia

Hsu mengatakan kepada lembaga penyiaran publik Australian Broadcasting Corporation (ABC) bahwa meskipun ada sikap tidak menyenangkan, banyak orang Tionghoa Australia merasa puas dengan kehidupan mereka di Australia.

“Orang-orang memiliki rasa memiliki di sini meskipun ada diskriminasi yang diekspresikan dan mereka merasakan keterikatan dengan Australia. Itu menunjukkan kekuatan masyarakat Australia dan multikulturalisme di Australia,” jelasnya.

BACA JUGA: Australia-China Terbentur Sengketa Rasisme Terkait Covid-19

Tahun lalu, China memperingatkan adanya lonjakan rasisme di Australia yang dipicu oleh virus corona. Seruan Canberra untuk menyelidiki asal-usul virus itu ditafsirkan di Beijing sebagai kritik atas penanganan krisis itu.

Ketegangan juga telah memanas karena tuduhan campur tangan China dalam politik domestik Australia dan spionase dunia maya. Ketidaksepakatan mengenai kebijakan geo-politik yang lebih luas juga telah menjadi sumber antagonisme, termasuk klaim teritorial Beijing yang kontroversial di Laut China Selatan, hak asasi manusia, dan demokrasi di Hong Kong yang rapuh.

BACA JUGA: Australia Resmi Adukan China ke WTO Soal Tarif Impor Jelai

China adalah mitra dagang terbesar Australia, tetapi ketika hubungan bilateral memburuk, pihak berwenang di Beijing telah memberlakukan berbagai sanksi ekonomi dan pembatasan pada berbagai barang Australia, termasuk barli atau padi-padian, batu bara, dan anggur.

Imigrasi orang dari China ke Australia dimulai pada tahun 1800-an. Lebih dari 1,2 juta orang keturunan Tionghoa saat ini tinggal di Australia. Separuh dari jumlah itu bermigrasi dari China, dan sepuluh persen lahir di Australia. [lt/jm]