Pangkalan Angkatan Laut Amerika Osias di bagian utara Filipina mungkin tidak kelihatan menjanjikan untuk dijadikan pangkalan militer. Senjata anti-pesawat berkarat ini adalah satu-satunya senjata yang terlihat di pangkalan dengan personil yang tampaknya sedikit ini. Namun Amerika akan segera memperbaiki landasan pacu ini. Termasuk kemungkinan merotasi pasukan dan memindahkan senjata di sini.
Ini adalah salah satu dari sembilan lokasi yang memberikan akses kepada Amerika berdasarkan Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA) atau Perjanjian Kerjasama Pertahanan yang Ditingkatkan, antara Washington dan Manila. Lokasi terbaru, yang diumumkan pada bulan April, berada di dekat Taiwan dan Laut China Selatan, yang merupakan titik-titik rawan dengan China.
Camilo Osias, yang sangat strategis dan bisa dicapai lewat sebuah penerbangan singkat dari Taiwan.
Hal ini mengkhawatirkan Manuel Mamba, gubernur setempat yang khawatir provinsinya menjadi target militer. "Sepuluh jam setelah serangan ke Pearl Harbor, Jepang menyerang kami, pada dasarnya karena pasukan Amerika berada di sini. Dan saya pikir hal itu akan terjadi lagi jika ada pasukan asing di tengah-tengah kita," tukasnya.
BACA JUGA: Media Pemerintah China: Tindakan Filipina di Laut China Selatan ‘Sangat Berbahaya’Amerika memerintah Filipina selama beberapa dekade sebelum negara itu merdeka pada tahun 1946. Pangkalan permanen AS yang terakhir dipindahkan pada awal tahun 1990-an di tengah-tengah pertentangan dalam negeri Filipina.
Pengaturan baru dengan Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA) ini tidak memulihkan kehadiran AS secara permanen. Beberapa pejabat Filipina mengatakan fokus utamanya adalah untuk mempercepat modernisasi militer negara itu.
Asisten Direktur Dewan Keamanan Nasional Filipina Jonathan Malaya mengatakan, “Kami telah memperbarui militer kami, tetapi hal ini tidak pernah cukup karena masalah territorial dengan China.”
China semakin sering mengganggu kapal-kapal Filipina, karena memaksakan klaimnya di Laut China Selatan. Beberapa pihak di Manila memandang kehadiran pasukan A.S. sebagai cara untuk menghalangi tujuan ekspansionis China di kawasan itu. Kembali Jonathan Malaya.
"Rantai pulau pertama sangat penting, bukan? Dan rantai pulau pertama adalah Taiwan dan Filipina. Jadi dengan adanya pasukan Amerika yang berotasi di Filipina, hal itu menjadi masalah bagi mereka," katanya.
China mengecam perjanjian Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA) tersebut, dengan mengatakan hal itu melanggar kedaulatan Filipina. Manila tidak setuju.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina Kolonel Medel Aguilar mengatakan, "Yang China lakukan ini adalah semacam propaganda, hanya untuk menaruh kebencian pada apa yang kami lakukan di sini. Yang penting bagi kami adalah kami akan mendapatkan manfaat dari perjanjian itu.”
Di luar Camilo Osias, hanya sedikit penduduk yang menyadari manfaat atau kerugiannya pangkalan kecil yang bisa segera memainkan peran besar dalam keamanan Asia. [em/jm]