Puluhan umat Kristen Palestina menghadiri perayaan Minggu Paskah di Holy Family Church (Gereja Keluarga Kudus) di Kota Gaza.
Sementara mereka berkumpul untuk beribadah bersama teman dan keluarga, perayaan Paskah tahun ini berlangsung di tengah-tengah gejolak perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza, di mana Israel terus menggempur daerah kantong Palestina itu.
“Perayaan kami sebatas kegiatan ibadah karena sekarang ini kami hidup dalam situasi sulit akibat perang," kata Nabila Saleh, biarawati di Gaza.
Gereja Keluarga Kudus adalah gereja katolik yang dibangun pada tahun 1974. Gereja itu dikenal dengan sekolahnya, yang kini telah berubah menjadi tempat pengungsian bagi ratusan warga Gaza yang berlindung dari serangan di Jalur Gaza.
“Kami berduka di sini. Kami tidak berbahagia selama Paskah ini. Ini tidak terasa seperti Paskah, seperti perayaan-perayaan sebelumnya. Ini karena kami di sini kehilangan rumah, harta benda, anak-anak kami, dan segalanya,” ujar Winnie Tarazi, salah seorang umat Kristen dari Gaza.
Sementara itu, suasana perayaan Minggu Paskah di Bethlehem, tempat kelahiran Yesus Kristus, terasa suram. Misa Paskah di Church of the Nativity (Gereja Kelahiran), di wilayah pendudukan Tepi Barat, hanya dihadiri oleh puluhan umat.
Pada tahun-tahun sebelumnya, gereja itu biasanya penuh oleh jemaat dan turis yang merayakan kebaktian Minggu Paskah. Mereka pun sampai tumpah-ruah ke Alun-Alun Palungan Betlehem.
“Hari ini, kami merayakan Paskah di tengah-tengah suasana perang dan kenyataan pahit yang kami hadapi: pembunuhan, penghancuran dan sebagainya. Kami sangat membutuhkan doa-doa yang menenangkan dan menguatkan,” kata Rami Asakrieh, pastor dari Paroki Latin di Betlehem.
Your browser doesn’t support HTML5
Paus Fransiskus Serukan Gencatan Senjata di Gaza
Paus Fransiskus menyerukan dilakukannya gencatan senjata segera di Gaza dan pembebasan semua sandera Israel. Hal tersebut disampaikan Paus dalam pidato Minggu Paskah, hari paling penting dalam kalender Kristen. Dalam pidato tersebut, Paus mengecam penderitaan yang disebabkan oleh perang.
Paus memimpin misa di Lapangan Santo Petrus yang dipenuhi jemaat dan dihiasi bunga. Ia kemudian menyampaikan pemberkatan dan pesan “Urbi et Orbi” atau pesan kepada kota dan dunia dari balkon tengah Basilika Santo Petrus.
Kesehatan Paus Fransiskus, 87 tahun, mengalami penurunan dalam beberapa minggu terakhir. Hal tersebut membuat Paus sering kali membatasi pidatonya di depan umum dan membatalkan acara, termasuk pada Jumat Agung. Ia juga tidak bisa mengikuti prosesi di Koloseum Roma untuk sementara waktu.
Meskipun demikian, Paus menghadiri acara Pekan Suci lainnya menjelang Paskah, dan menunjukkan semangat yang relatif baik pada Minggu.
Setelah kebaktian, Paus Fransiskus menaiki mobil pausnya yang beratap terbuka untuk menyambut jemaat di alun-alun dan jalan yang menghubungkan Gereja Santo Petrus dengan Sungai Tiber. Vatikan mengatakan sekitar 60.000 orang hadir dalam acara tersebut.
Paus Fransiskus telah berulang kali mengekspresikan kesedihannya atas bencana kematian dan kehancuran dalam konflik di Gaza. Paus, Minggu (31/3), kembali mengulang seruannya agar dilakukan gencatan senjata.
"Saya kembali menyerukan untuk memastikan akses terhadap bantuan kemanusiaan ke Gaza, serta pembebasan segera para sandera yang ditahan sejak 7 Oktober lalu, dan juga untuk segera dilakukan gencatan senjata di Jalur Gaza," katanya dalam pesan Urbi et Orbi.
BACA JUGA: Paus Kecam Keras Pembunuhan Dua Perempuan di Gereja Katolik di Gaza"Betapa banyak penderitaan yang kita lihat dari mata anak-anak, anak-anak lupa untuk tersenyum di wilayah konflik tersebut Melalui mata mereka, anak-anak menanyakan kepada kita: Mengapa? Mengapa semua kematian ini? Mengapa semua kehancuran ini? Perang selalu merupakan absurditas dan kekalahan," tambah Paus.
Pada pesan Paskahnya, Paus biasanya menyoroti isu-isu global, dan ia menyebutkan titik konflik lainnya, termasuk Ukraina, Suriah, Lebanon, Armenia dan Azerbaijan, Haiti, Myanmar, Sudan, wilayah Sahel dan Tanduk Afrika, Kongo, dan Mozambik. [ah/br/ka]