Dari Suriah ke Detroit, Kita Semua Adalah Kaum Migran, Dendang Penyanyi Balada Bibb

Eric Bibb, penyanyi balada asal AS tampil di teater Flux di Zaandam, Negeri Belanda tanggal 24 Maret 2017 (foto: REUTERS/Michael Kooren)

Dengan memanfaatkan suara daerah Selatan Amerika Serikat untuk berkisah tentang semua orang dari para petani di tahun 1920-an yang bermigrasi dari Dust Bowl ke California hingga pengungsi yang melintasi Laut Mediteranea ke Eropa di tahun 2016, veteran penyanyi balada, Eric Bibb, merilis album yang berjudul “Migration Blues.”

“Balada Migrasi,” sebuah album dari penyanyi balada veteran Eric Bibb, memanfaatkan suara daerah Selatan Amerika Serikat untuk berkisah dari semua orang dari para petani di tahun 1920-an yang bermigrasi dari Dust Bowl ke California hingga pengungsi yang melintasi Laut Mediteranea ke Eropa di tahun 2016.

Di sepanjang liriknya ia berkisah tentang orang Meksiko yang menyongsong masa depannya di Amerika Serikat, keluarga yang pindah dari lahan yang dirampas oleh pemerintah untuk perluasan perusahaan swasta, dan tarian Cajun mengingatkan para pendengar tentagng pengusiran warga Kanada keturunan Perancis di negara bagian selatan, Mississippi.

“Kita semua terkait antara satu kisah migrasi atau lainnya. Kita semua terhubung dengan kaum migran ini,” ujar Bibb kepada Reuters sebelum dirilisnya album pada tanggal 31 Maret.

“Reaksi histeris menentang kaum migran susah dipahami. Sudahkah kita melupakan sejarah kita sendiri?”

Subyek paling kontemporer dalam album tersebut dapat ditemui dalam lagu “Prayin’ For Shore,” sebuah balada tentang dilema dari jutaan warga Suriah dan lainnya yang menghindari perang saudara di Timur Tengah ke Eropa melalui laut Mediteranea yang kadang kala berakhir fatal.

“Di sebuah kapal tua yang bocor, di suatu tempat di tengah laut/mencoba untuk menyingkir dari perang/disambut atau tidak, harus segera mendarat/Ya Tuhan, berdoa untuk mencapai pantai,” tulis lirik tersebut.

Lagu, tulis Bibb dalam booklet terlampir, ditulis untuk mengenang mereka yang terbenam.

Namun kaum migran yang mengungsi hari ini bukanlah sesuatu yang baru.

Untuk Bibb, kaum Afrika Amerika, peristiwa penting dalam sejarah adalah “Migrasi Besar” dari jutaan kaum kulit hitam yang menghindari negara-negara bagian di Selatan yang diskriminatif.

Dari hasil perkiraan, lebih dari 6 juta orang meninggalkan kawasan pedesaan ke pusat-pusat industri di Detroit, New York, dan Chicago antara 1910 hingga 1970.

“(Mereka tidak) hanya mencari kerja namun melarikan diri dari teror rasial,” ujar Bibb.

Permasalahan semacam itu dinyatakannya dalam versi manis dari “Delta Getaway” tentang seseorang yang melarikan diri dari gerombolan yang akan menggantung dirinya dan pergi ke Chicago.

“Kulihat seorang lelaki tergantung di pohon cemara/Kulihat pelakunya/sekarang mereka mengejarku.”

Album ini dirilis sebagai bagian dari politik anti-imigran yang semakin meningkat hampir di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat dimana Presiden AS, Donald Trump ingin membangun dinding di perbatasan Meksiko untuk mencegah kaum imigran.

Bibb mengatakan album tersebut dikarang dan diselesaikan sebelum pemilihan Trump sebagai presiden, namun bagaimanapun juga ia “terkejut oleh persamaan dengan lagunya.”

Sebagian besar lagu dalam albumnya adalah hasil karya Bibb, meskipun ia juga menyanyikan lagu karya Woody Guthrie “This Land is Your Land,” yang asalnya adalah jawaban atas kegusaran untuk mereka yang terusir, dan lagu karya Bob Dylan “Masters of War,” tentang mereka-mereka yang membawa kehancuran.

Bibb mengatakan terpisah dari lagu “Prayn’ for Shore,” lagu favoritnya dalam album “Migration Blues” adalah “Brotherly Love.”

Hal tersebut mencerminkan keyakinan pribadinya.

Lagu tersebut menawarkan harapan untuk masa depan, sebuah lagu tentang tempat dimana orang-orang dapat hidup dalam damai. [ww]