Data Ekonomi China Lesu, Pasar Saham Bergeming

Para pekerja di lokasi konstruksi di bandara Fuzhou di Fuzhou, provinsi Fujian di tenggara China, 14 Oktober 2024. (ADEK BERRY / AFP)

Pasar-pasar saham utama tidak goyah dengan data ekonomi China yang lesu, Senin (14/10), pasar tetap berfokus pada rilis laporan keuangan perusahaan-perusahaan. Di sisi lain, harga minyak turun karena pasar tidak terkesan dengan janji menteri keuangan China untuk meningkatkan perekonomian negara itu.

Salah satu peristiwa penting minggu ini akan berlangsung pada Kamis (17/10) ketika Bank Sentral Eropa diperkirakan akan menurunkan suku bunga lagi setelah meredanya kecemasan mengenai inflasi di zona euro dan meningkatnya kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi yang melambat di kawasan itu.

Wall Street bergerak lebih tinggi dari rekor tertinggi yang dicapainya pada Jumat (11/10) lalu karena kuatnya data keuangan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat, yang menambah sentimen positif terhadap negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu menjelang pemilihan presidennya bulan depan.

Namun, analis Briefing.com Patrick O'Hare mengatakan hanya sedikit data atau laporan keuangan perusahaan yang dirilis pada Senin sehingga tidak terlalu mendorong aksi jual-beli.

Laporan-laporan keuangan perusahaan akan lebih banyak diterbitkan pada Selasa (15/10), saat Goldman Sachs, Citi, dan Bank of America merilis data kuartal ketiga mereka.

FILE: Kantor pusat Bank Sentral China - Bank Rakyat China (PBOC), di Beijing, China, 28 September 2018. (Jason Lee//REUTERS)

Harga minyak turun akibat kekhawatiran mengenai prospek ekonomi China sama besarnya dengan kekhawatiran atas meningkatnya konflik di Timur Tengah, kata para analis.

Menteri Keuangan China Lan Fo'an, Sabtu (12/10) menyampaikan negaranya akan menerbitkan obligasi khusus untuk mendukung bank-bank. Ini mengisyaratkan pengeluaran yang akan datang untuk menopang pasar properti dan meringankan utang pemerintah lokal.

Dalam beberapa minggu terakhir, para pembuat kebijakan China telah mengumumkan serangkaian langkah untuk menstimulasi aktivitas dan mendorong konsumsi rumah tangga.

Menyusul pengumuman terbarunya, data resmi pada hari Minggu (13/10) menunjukkan bahwa tingkat inflasi konsumen China melambat pada bulan September, menandakan bahwa permintaan masih lemah.

Data-data berbeda pada Senin menunjukkan pertumbuhan ekspor China melambat tajam pada bulan September, sementara impor tetap lesu.

“Meskipun dampak penuh dari langkah-langkah ekonomi (China) baru-baru ini mungkin tidak segera terlihat dalam rilis data mendatang, angka-angka ini akan memberikan lebih banyak informasi tentang kondisi ekonomi China dan apakah langkah-langkah tambahan mungkin diperlukan,” kata Tony Sycamore, analis di grup perdagangan IG. [br/lt]