Lebih dari 20.000 orang, terdiri dari ilmuwan, pembuat kebijakan, delegasi, aktivis, dan orang dengan HIV/AIDS dari hampir 200 negara berkumpul di Washington untuk menghadiri Konferensi AIDS Sedunia.
Di antara peserta dari Indonesia yang menghadiri Konferensi AIDS X1X di ibukota Amerika, Washington, adalah delegasi dari Provinsi Papua. Delegasi terdiri dari 26 orang itu tidak hanya menghadiri berbagai acara presentasi selama berlangsung konferensi, tapi juga menghadirkan satu stand khusus dari Provinsi Papua dan membagi-bagikan berbagai brosur mengenai program pemberantasan AIDS di provinsi itu.
Drh. Contant Karma adalah ketua Komisi Pencegahan AIDS (KPA) Provinsi Papua yang bertindak selaku ketua delegasi. Kepada VOA, dia mengatakan bahwa jumlah orang yang terkena HIV/AIDS di Papua termasuk tinggi, yakni mencapai 2,4 persen penduduk provinsi itu.
“Prevalensi kami cukup tinggi. Ada 12.000 orang yang terinfeksi di Papua sejak 15 tahun terakhir. Kami harus bekerja keras,” kata Drh. Contant Karma.
Menyadari tingginya prevalensi HIV/AIDS itu, KPA Provinsi dan Kabupaten dengan dukungan segenap jajaran pemerintah dan tokoh masyarakat telah melakukan berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan. Selain itu, KPA Papua ingin memperoleh informasi dan belajar dari negara-negara yang lebih maju dan berpengalaman dalam membalikkan keadaan dari pesimisme ke optimisme sesuai tema Konferensi AIDS kali ini.
Drh. Contant Karma menambahkan, “Kami ingin mendapat informasi-informasi baru, cara-cara baru untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Kami belajar dari negara-negara lain, karena bagaimana pun informasi-informasi baru, cara-cara baru, pengalaman-pengalaman negara lain kami dapatkan di sini. Ada hampir 200 negara yang mengikuti Konferensi AIDS ke-19 ini. Kami juga mengikuti ceramah-ceramah dalam konferensi ini.
Ketua delegasi Papua itu mengatakan, segenap jajaran KPA Papua telah dan akan terus bekerja keras untuk mencegah dan menanggulangi epidemi HIV/AIDS di provinsi itu. Dia mengatakan KPA Papua selama ini berusaha keras melakukan apa yang dikatakannya “promosi, pencegahan, dukungan pengobatan dan perawatan, serta mitigasi atau pemberdayaan orang terinfeksi.”
Menurutnya, ke-empat aspek itu tidak cukup dijalankan oleh Dinas Kesehatan, tetapi harus ditangani secara lembaga dengan berpegang pada visi bahwa informasi yang benar, tepat, dan terus-menerus adalah awal pencegahan HIV.
“Sampai sekarang belum ada vaksin HIV. Forum besar ini pun belum melihat adanya vaksin. Tetapi para ahli mengatakan vaksin HIV adalah informasi,” ujar Contant Karma.
Ketua delegasi Papua Contant Karma mengatakan, berbagai informasi berguna juga diharapkan didapat oleh delegasi Papua dari Konferensi bertema “Dari Pesimisme Ke Optimisme” ini.
Dia mengatakan, tingginya proporsi masyarakat Papua yang terinfeksi HIV merupakan masalah yang harus ditangani, sehingga jajaran TPA bekerja keras, tidak hanya melibatkan pekerja kesehatan tetapi juga tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama dan tokoh adat, serta para aktivis LSM. TPA bermitra dengan kesebelasan kebanggaan provinsi itu, Persipura Jayapura, untuk ikut aktif dalam penyebarluasan informasi mengenai pencegahan epidemi HIV/AIDS.
Drh. Contant Karma adalah ketua Komisi Pencegahan AIDS (KPA) Provinsi Papua yang bertindak selaku ketua delegasi. Kepada VOA, dia mengatakan bahwa jumlah orang yang terkena HIV/AIDS di Papua termasuk tinggi, yakni mencapai 2,4 persen penduduk provinsi itu.
“Prevalensi kami cukup tinggi. Ada 12.000 orang yang terinfeksi di Papua sejak 15 tahun terakhir. Kami harus bekerja keras,” kata Drh. Contant Karma.
Menyadari tingginya prevalensi HIV/AIDS itu, KPA Provinsi dan Kabupaten dengan dukungan segenap jajaran pemerintah dan tokoh masyarakat telah melakukan berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan. Selain itu, KPA Papua ingin memperoleh informasi dan belajar dari negara-negara yang lebih maju dan berpengalaman dalam membalikkan keadaan dari pesimisme ke optimisme sesuai tema Konferensi AIDS kali ini.
Drh. Contant Karma menambahkan, “Kami ingin mendapat informasi-informasi baru, cara-cara baru untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Kami belajar dari negara-negara lain, karena bagaimana pun informasi-informasi baru, cara-cara baru, pengalaman-pengalaman negara lain kami dapatkan di sini. Ada hampir 200 negara yang mengikuti Konferensi AIDS ke-19 ini. Kami juga mengikuti ceramah-ceramah dalam konferensi ini.
Ketua delegasi Papua itu mengatakan, segenap jajaran KPA Papua telah dan akan terus bekerja keras untuk mencegah dan menanggulangi epidemi HIV/AIDS di provinsi itu. Dia mengatakan KPA Papua selama ini berusaha keras melakukan apa yang dikatakannya “promosi, pencegahan, dukungan pengobatan dan perawatan, serta mitigasi atau pemberdayaan orang terinfeksi.”
Menurutnya, ke-empat aspek itu tidak cukup dijalankan oleh Dinas Kesehatan, tetapi harus ditangani secara lembaga dengan berpegang pada visi bahwa informasi yang benar, tepat, dan terus-menerus adalah awal pencegahan HIV.
“Sampai sekarang belum ada vaksin HIV. Forum besar ini pun belum melihat adanya vaksin. Tetapi para ahli mengatakan vaksin HIV adalah informasi,” ujar Contant Karma.
Ketua delegasi Papua Contant Karma mengatakan, berbagai informasi berguna juga diharapkan didapat oleh delegasi Papua dari Konferensi bertema “Dari Pesimisme Ke Optimisme” ini.
Dia mengatakan, tingginya proporsi masyarakat Papua yang terinfeksi HIV merupakan masalah yang harus ditangani, sehingga jajaran TPA bekerja keras, tidak hanya melibatkan pekerja kesehatan tetapi juga tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama dan tokoh adat, serta para aktivis LSM. TPA bermitra dengan kesebelasan kebanggaan provinsi itu, Persipura Jayapura, untuk ikut aktif dalam penyebarluasan informasi mengenai pencegahan epidemi HIV/AIDS.