Seorang mahasiswa Hong Kong yang terluka parah akibat terjatuh di sebuah gedung parkir setelah polisi menembakkan gas air mata sewaktu bentrok dengan sejumlah demonstran anti-pemerintah meninggal dunia, Jumat (8/11). Tewasnya mahasiswa tersebut setelah lima bulan kerusuhan di wilayah semi-otonom China itu semakin membakar kemarahan demonstran terhadap pihak berwenang di Hong Kong.
Pihak berwenang rumah sakit yang menangani korban mengatakan, mahasiswa berusia 22 tahun itu tewas Jumat pagi (8/11), namun tidak mengungkapkan rincian lebih jauh.
BACA JUGA: Polisi Hong Kong Bubarkan Massa dengan Gas Air MataSekitar 1.000 orang bertopeng berpawai melalui distrik pusat yang sibuk pada jam makan siang. Mereka meneriakkan kalimat-kalimat seperti, “Bubarkan dinas kepolisian,” “Rakyat Hong Kong, mari balas dendam” dan “Hutang darah harus dibayar darah.” Beberapa di antara mereka membawa bunga putih dan poster bertuliskan “Hong Kong adalah wilayah yang sepenuhnya dikontrol polisi.”
Para demonstran menuntut keadilan bagi Chow Tsz-Lok dan menentang kesewenang-wenangan polisi. Tak sedikit di antara mereka menyebut polisi sebagai pembunuh. “Kematiannya mengingatkan kita bahwa kita tidak boleh menyerah,” kata seorang demonstran kepada sebuah stasiun televisi setempat.
Meski penyebab jatuhnya belum dipastikan, peristiwa kematian Chow memperdalam kemarahan terhadap polisi, yang selama ini dituding menjalankan taktik keras, termasuk menggunakan gas air mata dan semprotan lada sejak aksi protes menuntut reformasi demokrasi dimulai Juni lalu.
Media setempat melaporkan Chow dalam keadaan koma akibat cedera otak sejak ia ditemukan Senin pagi (4/11) di atas genangan darah di lantai dua Gedung parkir. Polisi meyakini, ia terjatuh dari lantai di atasnya namun tidak terpantau kamera keamanan. Polisi tidak membantah kemungkinan, Chow terjatuh karena menghindari tembakan gas air mata. [ab/lt]