Para demonstran pro-Rusia dan mereka yang mendukung para pemimpin sementara baru Ukraina yang pro-Barat berkonfrontasi di kota Simferopol, Ukraina Selatan, Rabu (26/2).
Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan latihan darurat untuk memeriksa kesiapan tempur Angkatan Bersenjatanya di bagian barat dan tengah Rusia, termasuk kawasan-kawasan dekat perbatasan dengan Ukraina.
Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan latihan itu akan melibatkan tentara dari Angkatan Darat, Angkatan Laut serta Angkatan Udara, dan akan memeriksa kesiapan pasukan dalam menangani situasi krisis yang mengancam keamanan nasional negara.
Pengumuman Rabu itu dikeluarkan, sementara para demonstran pro-Rusia dengan para pendukung pemimpin sementara baru Ukraina yang pro-Barat berkonfrontasi di kota Simferopol, di bagian selatan.
Bentrokan-bentrokan kecil pecah antara demonstran yang saling berteriak, dimana beberapa di antara mereka berdarah dalam insiden itu, terjadi di halaman gedung pemerintah di ibukota Crimea itu.
Semenanjung Crimea umumnya dihuni warga berbahasa Rusia yang mendukung Moskow. Meski demikian, di kawasan itu terdapat pula kelompok minoritas Tatar yang cenderung bersikap anti-Rusia.
Ada kekhawatiran negara berpenduduk 46 juta orang itu menghadapi perpecahan Timur-Barat setelah berpekan-pekan protes yang mengakibatkan tergulingnya Presiden Viktor Yanukovych yang bersahabat dengan Rusia.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, Selasa (26/2), mengatakan negara itu seharusnya tidak dipaksa untuk memilih antara Moskow, yang bekas penguasa Soviet dan Washington. Ia mengatakan, terserah rakyat Ukraina untuk memilih masa depan mereka, dan bahwa Amerika ingin bekerjasama dengan Rusia dan negara-negara lain untuk membantu pemulihan Ukraina.
Demonstrasi anti-pemerintah pecah di Ukraina setelah Yanukovych menolak kesepakatan dagang dengan Uni Eropa dan lebih memilih bantuan ekonomi dari Rusia. Kekerasan meningkat pekan lalu dan mengakibatkan puluhan orang tewas.
Hari Rabu (26/2), para pemimpin sementara Ukraina membubarkan pasukan keamanan elit yang dituduh melakukan serangan maut terhadap para pemrotes selama demonstrasi.
Dalam sebuah pernyataan di halaman Facebook-nya, penjabat Menteri Dalam Negeri Arsen Avakov mengatakan ia menandatangani sebuah keputusan untuk membubarkan satuan polisi anti huru-hara Berkut yang ditakuti itu.
Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan latihan itu akan melibatkan tentara dari Angkatan Darat, Angkatan Laut serta Angkatan Udara, dan akan memeriksa kesiapan pasukan dalam menangani situasi krisis yang mengancam keamanan nasional negara.
Pengumuman Rabu itu dikeluarkan, sementara para demonstran pro-Rusia dengan para pendukung pemimpin sementara baru Ukraina yang pro-Barat berkonfrontasi di kota Simferopol, di bagian selatan.
Bentrokan-bentrokan kecil pecah antara demonstran yang saling berteriak, dimana beberapa di antara mereka berdarah dalam insiden itu, terjadi di halaman gedung pemerintah di ibukota Crimea itu.
Semenanjung Crimea umumnya dihuni warga berbahasa Rusia yang mendukung Moskow. Meski demikian, di kawasan itu terdapat pula kelompok minoritas Tatar yang cenderung bersikap anti-Rusia.
Ada kekhawatiran negara berpenduduk 46 juta orang itu menghadapi perpecahan Timur-Barat setelah berpekan-pekan protes yang mengakibatkan tergulingnya Presiden Viktor Yanukovych yang bersahabat dengan Rusia.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, Selasa (26/2), mengatakan negara itu seharusnya tidak dipaksa untuk memilih antara Moskow, yang bekas penguasa Soviet dan Washington. Ia mengatakan, terserah rakyat Ukraina untuk memilih masa depan mereka, dan bahwa Amerika ingin bekerjasama dengan Rusia dan negara-negara lain untuk membantu pemulihan Ukraina.
Demonstrasi anti-pemerintah pecah di Ukraina setelah Yanukovych menolak kesepakatan dagang dengan Uni Eropa dan lebih memilih bantuan ekonomi dari Rusia. Kekerasan meningkat pekan lalu dan mengakibatkan puluhan orang tewas.
Hari Rabu (26/2), para pemimpin sementara Ukraina membubarkan pasukan keamanan elit yang dituduh melakukan serangan maut terhadap para pemrotes selama demonstrasi.
Dalam sebuah pernyataan di halaman Facebook-nya, penjabat Menteri Dalam Negeri Arsen Avakov mengatakan ia menandatangani sebuah keputusan untuk membubarkan satuan polisi anti huru-hara Berkut yang ditakuti itu.