Presiden Taiwan Ma Ying-jeou mengusulkan pembicaraan dengan para siswa yang menduduki parlemen Taiwan untuk membantu mengakhiri krisis di negara itu, Selasa (25/3).
Para siswa yang menduduki parlemen Taiwan telah setuju untuk bertemu dengan Presiden Ma Ying-jeou guna menyelesaikan kebuntuan politik terkait kesepakatan perdagangan kontroversial dengan China.
Presiden Ma hari Selasa (25/3) mengusulkan pembicaraan tersebut untuk membantu mengakhiri krisis, yang dimulai minggu lalu ketika para siswa menyerbu parlemen dan menuntut pemerintah agar membatalkan rancangan undang-undang itu.
Tidak segera jelas kapan pertemuan itu akan terjadi atau apa yang akan dibahas. Dalam undangannya, Presiden Ma menegaskan ia ingin perundingan itu diadakan tanpa prasyarat.
Perkembangan ini muncul sehari setelah polisi anti huru hara melukai lebih dari 100 orang saat membersihkan kantor Kabinet Taiwan, yang juga diduduki mahasiswa yang berunjuk rasa.
Presiden yang agak ramah terhadap Beijing itu membela perjanjian perdagangan tersebut sebagai langkah yang diperlukan. Dia mengingatkan bahwa Taiwan bergantung pada perdagangan dan akan terisolasi secara ekonomi tanpa kesepakatan tersebut.
Para pengunjuk rasa khawatir perjanjian perdagangan itu akan merugikan perekonomian Taiwan. Banyak juga khawatir akan pengaruh Beijing yang semakin besar.
Presiden Ma hari Selasa (25/3) mengusulkan pembicaraan tersebut untuk membantu mengakhiri krisis, yang dimulai minggu lalu ketika para siswa menyerbu parlemen dan menuntut pemerintah agar membatalkan rancangan undang-undang itu.
Tidak segera jelas kapan pertemuan itu akan terjadi atau apa yang akan dibahas. Dalam undangannya, Presiden Ma menegaskan ia ingin perundingan itu diadakan tanpa prasyarat.
Perkembangan ini muncul sehari setelah polisi anti huru hara melukai lebih dari 100 orang saat membersihkan kantor Kabinet Taiwan, yang juga diduduki mahasiswa yang berunjuk rasa.
Presiden yang agak ramah terhadap Beijing itu membela perjanjian perdagangan tersebut sebagai langkah yang diperlukan. Dia mengingatkan bahwa Taiwan bergantung pada perdagangan dan akan terisolasi secara ekonomi tanpa kesepakatan tersebut.
Para pengunjuk rasa khawatir perjanjian perdagangan itu akan merugikan perekonomian Taiwan. Banyak juga khawatir akan pengaruh Beijing yang semakin besar.