Demonstrasi di Madrid, Serukan Pemerintah Terima Lebih Banyak Pengungsi

Orang-orang berpawai untuk berunjuk rasa menuntut pemerintah Spanyol memenuhi janjinya untuk memberikan perlindungan kepada pengungsi di Madrid, 17 Juni 2017 (foto: AP Photo/Francisco Seco)

Pemerintah Spanyol mendapat desakan dari ribuan orang yang berdemonstrasi di Madrid hari Sabtu (17/6) untuk memenuhi komitmennya untuk menerima pengungsi.

Ribuan orang berdemonstrasi di Madrid hari Sabtu (17/6) mendesak pemerintah Spayol memenuhi komitmennya untuk menerima pengungsi.

Spanyol berjanji akan menerima 17.300 pengungsi dari negara-negara yang dikoyak perang seperti Suriah, Irak dan Libya untuk menetap di negara itu, sebagai bagian dari komitmen Eropa untuk melakukan lebih banyak hal guna mengatasi krisis migrasi di benua itu.

Amnesti Internasional melaporkan Spanyol telah merelokasi atau memukimkan kembali 1.304 pengungsi saja, kurang dari 10% yang dijanjikan. Di seluruh Eropa, sebagian besar negara juga tidak mewujudkan komitmen yang disampaikan pada Komisi Eropa tahun 2015 untuk menampung lebih banyak pengungsi.

Demonstrasi puluhan LSM – termasuk Amnesti Internasional – di Spanyol itu dilakukan hanya beberapa hari menjelang peringatan Hari Pengungsi Sedunia tanggal 20 Juni mendatang.

Sesuai kesepakatan tahun 2015 lalu, Komisi Eropa telah menetapkan tenggat relokasi atau pemukiman kembali 160 ribu pengungsi pada September 2017. Namun demikian hingga awal Juni ini hanya sekitar 21.000 pencari suaka yang telah direlokasi.

Dari begitu banyak negara di Eropa yang telah berkomitmen menerima pengungsi, hanya Finlandia dan Malta yang telah memenuhi kewajiban mereka.

Hongaria, Austria dan Polandia menolak membuat komitmen apapun; sementara Inggris memilih untuk tidak ikut berpartisipasi dalam tindakan bersama tersebut, sebagaimana dilaporkan suratkabar Guardian tiga bulan lalu. Sementara empat negara anggota Komisi Eropa yaitu Republik Chechnya, Bulgaria, Kroasia dan Slovakia telah mewujudkan “komitmen yang sangat terbatas.”

Di Madrid, para demonstran berunjukrasa di bawah suhu 40 derajat Celsius sambil meneriakkan kata-kata “Tidak Ada Manusia yang Ilegal’ dan membawa spanduk bertuliskan “Jembatan Bukan Tembok” dan “Cukup Sudah.”

“Spayol tidak melakukan hal apapun yang seharusnya telah mereka lakukan. Spanyol dan Eropa memalukan,” ujar Carlos Diez, seorang guru SMP berusia 55 tahun dalam demonstrasi itu kepada kantor berita Perancis AFP.

Dalam perkembangan lainnya sebuah kapal yang dioperasikan oleh kelompok bantuan Spanyol “Proactive Open Arms” tiba di pelabuhan Pozzallo, di selatan Sisilia, dengan lebih dari 600 migran yang diselamatkan dari Laut Tengah. Para migran ini berasal dari Libya, lokasi yang paling sering menjadi tempat memulai perjalanan laut untuk mencapai Eropa.

Hingga pertengahan Juni, Organisasi Migrasi Internasional IOM mengatakan lebih dari 77 ribu migran telah menyebrangi Laut Tengah menuju ke Eropa tahun ini. Hampir 85% tiba di Italia, sementara sejumlah kecil lainnya tiba di Yunani, Spanyol dan Siprus.

Dalam periode yang sama, 1.828 migran tewas atau hilang di laut. Sepanjang tahun 2016 hampir 215 ribu migran tiba di Eropa dari laut, lebih dari 2.900 tewas. [em]