Tiga menteri Kabinet Thailand menyambut para turis China dengan bunga dan hadiah saat mereka tiba, Senin (9/1), di Bandara Suvarnabhumi Bangkok setelah China melonggarkan pembatasan perjalanan.
Acara khusus tersebut mencerminkan pentingnya usaha Thailand dalam menarik kembali kunjungan wisatawan China untuk membantu memulihkan industri pariwisata yang dilanda pandemi. Sebelum COVID-19 menyerang, sepertiga jumlah turis asing yang datang ke Thailand setiap tahunnya berasal dari China.
Menteri Kesehatan Masyarakat Anutin Charnvirakul, Menteri Transportasi dan Menteri Pariwisata termasuk di antara mereka yang bertepuk tangan saat 269 penumpang Xiamen Airlines Penerbangan MF833 dari Xiamen di China Tenggara memasuki terminal. Itu adalah salah satu penerbangan pertama yang tiba di Thailand sejak Beijing melonggarkan pembatasan perjalanan terkait virus corona pada hari Minggu.
Para pelancong menerima karangan bunga dan tas hadiah kecil, dan disambut oleh spanduk besar bertuliskan “China dan Thailand adalah satu keluarga, Amazing Thailand selalu dengan hangat menyambut keluarga China kami.''
“Saya merasa bahagia,'' kata Simon Zou dari Tianjin di China Timur Laut. “Saya bisa merasakan keramahan orang Thailand. Kami diberi beberapa hadiah kecil. Saya merasa sangat senang.''
Ditanya apa yang dia rencanakan di Thailand, ia menjawab: “Makan! Bersenang-senang! Dan mengenal budaya Thailand.''
“Jumlah wisatawan dari China dan belahan dunia lain yang bepergian ke Thailand cenderung terus meningkat,'' kata Anutin kepada wartawan di bandara. “Ini pertanda baik bagi sektor pariwisata Thailand, karena menghasilkan pendapatan, menambah nilai ekonomi, menciptakan lapangan kerja dan peluang bagi masyarakat.”
Kedatangan itu digembar-gemborkan oleh otoritas Thailand sebagai langkah simbolis untuk memulihkan sektor pariwisata yang menguntungkan di negara itu. Tapi itu juga mengungkap betapa sulitnya bagi negara-negara yang haus turis untuk mengatasi masalah virus corona.
Saat turis China tiba, Anutin mengumumkan di bandara bahwa pengunjung tidak diharuskan menunjukkan sertifikat vaksinasi COVID-19.
Hanya dua hari sebelumnya, Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan daftar rinci persyaratan yang direvisi untuk pengunjung dari luar negeri, termasuk keharusan menunjukkan bukti vaksinasi.
Pengumuman oleh otoritas transportasi itu sendiri merupakan perubahan mendadak dari kebijakan Thailand sejak Oktober, ketika negara itu mencabut hampir semua persyaratan terkait pandemi bagi pengunjung dari luar negeri.
Anutin mengatakan satu-satunya persyaratan yang dipertahankan dari aturan revisi Kementerian Perhubungan adalah bukti asuransi diperlukan bagi pengunjung yang datang dari negara-negara yang mewajibkan tes virus corona sebelum mereka pulang. Kondisi itu akan berlaku sebagian besar, jika tidak secara eksklusif, bagi pelancong China.
Pada hari Minggu, Beijing mencabut karantina wajib bagi pendatang dari luar negeri yang diberlakukan ketika pandemi dimulai tiga tahun lalu. Langkah ini diharapkan dapat mendorong permintaan besar yang terpendam untuk perjalanan ke luar negeri.
Namun sejauh ini hanya sedikit penerbangan yang telah dipulihkan. Pada hari Senin, pemeriksaan kedatangan di bandara regional hanya menemukan beberapa penerbangan yang datang dari China. Sebagian terbesar turis dari China bepergian ke Korea Selatan.
Kebangkitan kasus infeksi dan aturan yang diperlonggar di China membuat Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa dan Asia Timur memperketat aturan bagi pelancong dari China, sehingga menimbulkan tuduhan diskriminasi dari Beijing. Bersusah payah untuk tidak menyinggung China, para pejabat Thailand menekankan bahwa aturan Thailand berlaku untuk semua negara.
Negara-negara lain di Asia Tenggara juga biasanya menjadi tuan rumah turis dalam jumlah besar dari China, meski tidak dalam skala Thailand. Sebagian besar negara-negara itu, termasuk Indonesia dan Malaysia, tidak memberlakukan kebijakan pembatasan baru bagi pelancong dari China. [ab/uh]