Dengan Semangat Ramadan, Tokoh-Tokoh Muslim Somalia Serukan untuk Tolak Kekerasan

Para pria melakukan shalat tarawih di sepanjang jalan untuk menandai bulan Ramadhan di Karachi, Pakistan tanggal 27 Mei 2017 (foto: REUTERS/Akhtar Soomro)

Jutaan warga Muslim, sedikitnya di 33 negara, yang majoritas penduduknya beraliran Muslim-Sunni, mulai berpuasa hari Sabtu, sementara warga Muslim-Syiah di Bangladesh, Pakistan, India dan Irak mulai berpuasa hari Minggu (28/5).

Jutaan warga Muslim di seluruh dunia mulai hari Sabtu (27/5) memulai ibadah puasa Ramadan. Sedikitnya 33 negara, yang majoritas penduduknya beraliran Muslim-Sunni, mulai berpuasa hari Sabtu, sementara warga Muslim-Syiah di Bangladesh, Pakistan, India dan Irak mulai berpuasa hari Minggu (28/5).

Bulan Ramadan adalah salah satu bulan paling suci dalam kalender agama Islam, yang sekaligus merupakan bagian dari Rukun Islam, sehingga banyak warga Muslim meningkatkan ibadah dan perbuatan baik lainnya.

Tetapi bertolakbelakang dengan nilai-nilai ini, ISIS dan kelompok teroris lain di dunia, seperti Al Shabab di Somalia, menggunakan bulan suci ini dengan menyerukan aksi kekerasan yang lebih besar terhadap negara-negara Muslim lain dan juga negara-negara Barat, dengan menyerang warga sipil tak berdosa.

Bulan Ramadan tahun ini diawali dengan serangan teroris di Inggris dan Mesir.

Sejumlah ulama Muslim moderat di seluruh dunia dengan tegas melawan hal itu dan menyatakan bahwa terorisme dan aksi kekerasan jelas bertentangan dengan semangat Ramadan. "Ramadan adalah bulan perdamaian, yang penuh cinta dan menghargai semua orang; bukan bulan kekerasan dan pertumpahan darah. Mereka yang menyerukan untuk melakukan kekerasan tidak mencerminkan Islam dan warga Muslim," ujar Syekh Bashir Ahmed Salad, seorang ulama berpengaruh yang juga Ketua Council of Religious Scholars di Somalia.

Di Inggris, para pemimpin Muslim menyerukan ketenangan dan sholat jenazah bagi korban pemboman di Manchester.

Untuk pertama kalinya warga Muslim di Amerika menjalani bulan Ramadan di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Dalam pernyataannya tentang bulan Ramadan, Trump memusatkan perhatian pada aksi kekerasan dan terorisme. "Intinya, semangat Ramadan itu memperkuat kesadaran dan kewajiban bersama kita untuk menentang kekerasan, mencapai perdamaian dan membantu mereka yang menderita akibat kemiskinan dan konflik," demikian pernyataan tertulis Presiden Trump.

Imam Sharif Mohammed di Islamic Civic Society of America di masjid Dar Al-Hijrah di Minneapolis mengatakan pesan presiden itu berbeda dengan pesan yang disampaikan presiden-presiden sebelumnya, seperti Barack Obama dan George Walker Bush.

"Tidak seperti Obama dan George Bush, dalam pesan Ramadannya, Trump terutama memusatkan perhatian pada perlawanan terhadap terorisme," ujar Imam Sharif. "Pernyataannya hanya mencerminkan kampanye pemilu yang dilakukannya dan retorika anti-Muslim yang selama ini digaungkannya." [em]