Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, pada Selasa (15/8), mengumumkan penangkapan seorang tersangka loyalis ISIS yang diduga merencanakan serangan ke markas divisi keamanan kepolisian.
Pria itu ditangkap dalam penggerebekan di rumahnya di Bekasi pada Senin di mana sebuah bendera ISIS, amunisi dan 16 senjata ditemukan, sebagian besar adalah pistol dan senapan angin yang dimodifikasi, kata Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar.
Tersangka, seorang karyawan PT Kereta Api Indonesia (KAI), mengaku kepada pihak berwenang tentang rencananya untuk menyerang fasilitas polisi, tetapi tidak mengungkapkan kerangka waktu atau motifnya, kata Aswin.
Ia menambahkan bahwa tersangka, yang pernah menjadi anggota organisasi militan yang sudah tidak lagi beroperasi, telah memposting konten pro-ISIS di media sosial dan berusaha mengumpulkan dana untuk aksi ekstremismenya melalui aplikasi pengiriman pesan Telegram.
"Kami terkejut dengan bukti yang kami temukan," kata Aswin dalam konferensi pers.
"Gerakan ISIS atau pendukung ISIS ... tidak pernah berhenti meski tidak terlihat oleh mata kita bahwa mereka berkumpul," katanya merujuk pada ISIS.
Todd Elliott, seorang analis keamanan di Concorde Consulting, mengatakan "penangkapan tersangka setelah aktivitas teroris yang relatif rendah sejak awal 2023 menyoroti keberadaan minoritas kecil tapi sangat radikal di negara ini."
Indonesia yang merupakan negaraMuslim terbesar di dunia, mengalami serangan militan terburuk pada 2002 ketika dua klub malam di Bali dibom. Peristiwa pemboman tersebut menewaskan 202 orang, sebagian besar turis asing.
Sejumlah analis mengatakan ancaman serangan ekstremis sejak itu telah berkurang secara signifikan. Menurut mereka, sementara penangkapan tersangka ekstremis memang terjadi, jarang ada WNI yang menyatakan janji setia kepada ISIS. [ab/uh]