Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Selasa (13/7), menyerukan “ketenangan” di Kuba setelah terjadi protes terbesar dalam beberapa dekade terhadap pemerintahan komunis yang mengguncang negara pulau itu pada Minggu (11/7).
“Kami menyerukan ketenangan dan kami mengutuk kekerasan apa pun terhadap mereka yang melakukan protes secara damai, dan kami juga menyerukan kepada pemerintah Kuba untuk membebaskan siapa pun yang ditahan karena protes damai,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Ned Price, kepada para wartawan dalam jumpa pers.
Sekitar 150 pengunjuk rasa telah ditangkap dan, menurut kantor berita Reuters, hanya 12 yang dibebaskan. Price menambahkan, pemerintah AS sedang mempertimbangkan apa yang dapat dilakukan untuk membantu ribuan pengunjuk rasa yang turun ke jalan-jalan untuk memprotes krisis ekonomi yang melanda pulau itu dan penanganan pandemi COVID-19 oleh sistem perawatan kesehatan yang dulu pernah dibanggakan.
Pemimpin Minoritas Senat AS, Mitch McConnell, mengatakan kepada para wartawan, Selasa (13/7), bahwa “kami menyokong rakyat Kuba. Rezim ini telah menjadi rezim yang keterlaluan dan kejam selama sekitar 70 tahun.” Dia menambahkan bahwa dia tidak tahu apakah protes itu cukup kuat untuk “mengatasi para preman.”
Sementara itu, akses ke platform media sosial tetap terbatas, setidaknya sebagian, pada Selasa (13/7) setelah pemerintah dilaporkan menutupnya pada Senin (12/7). NetBlocks, organisasi yang berbasis di London, mengatakan Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Telegram termasuk di antara platform yang dibatasi.
Para pejabat di Kuba belum berkomentar mengenai akses ke platform media sosial di pulau itu. [lt/ka]