Departemen Keuangan Amerika Serikat pada Selasa (10/12) mengatakan bahwa pihaknya telah mentransfer dana porsi AS sebesar US$20 miliar dari $50 miliar pinjaman yang diberikan kelompok G7 kepada Ukraina ke sebuah dana perantara Bank Dunia untuk bantuan ekonomi dan keuangan.
Departemen Keuangan mengatakan bahwa pencairan tersebut memenuhi komitmennya yang dibuat pada Oktober lalu untuk menyamai komitmen Uni Eropa dalam memberikan bantuan sebesar $20 miliar. Pinjaman tersebut didukung oleh aset-aset Rusia yang dibekukan bersama dengan pinjaman-pinjaman yang lebih kecil yang diberikan oleh Inggris, Kanada, dan Jepang untuk membantu Ukraina melawan invasi Rusia.
Pencairan dana sebelum pelantikan Presiden AS terpilih Donald Trump pada Januari mendatang bertujuan untuk melindungi dana tersebut agar tidak ditarik kembali oleh pemerintahan Trump. Trump telah mengeluhkan bahwa AS memberikan terlalu banyak bantuan kepada Ukraina dan mengatakan bahwa ia akan mengakhiri perang dengan cepat, tanpa menjelaskan bagaimana caranya.
BACA JUGA: Rusia Tangkap Warga Negara Jerman atas Dugaan SabotaseKredit senilai $50 miliar selama 30 tahun akan dibayar dengan hasil bunga dari sekitar $300 miliar dana kekayaan negara milik Rusia yang telah dibekukan sejak Rusia melancarkan invasinya pada Februari 2022. Negara-negara demokrasi G7 telah mendiskusikan rencana itu selama berbulan-bulan dan menyetujui persyaratannya pada bulan Oktober, sebelum pemilihan Trump.
Pemerintahan Presiden Joe Biden pada awalnya berusaha untuk membagi pinjaman sebesar $20 miliar menjadi dua, dengan $10 miliar akan digunakan untuk bantuan militer dan $10 miliar untuk bantuan ekonomi, tetapi bagian militer akan membutuhkan persetujuan Kongres, sebuah tugas yang menjadi lebih sulit karena kemenangan besar Partai Republik dalam pemilihan umum. Dengan transfer pada hari Selasa, jumlah dana sepenuhnya akan dikhususkan untuk tujuan-tujuan non-militer.
Departemen Keuangan mengatakan bahwa dana tersebut ditransfer ke dana baru Bank Dunia yang disebut Fasilitasi Sumber Daya untuk Berinvestasi dalam Memperkuat Dana Perantara Keuangan Ukraina (FORTIS Ukraina FIF). Dewan pemberi pinjaman global menyetujui pembentukan dana tersebut pada bulan Oktober dengan hanya satu negara, Rusia, yang menolak.
Bank tersebut, yang piagamnya melarang lembaga itu menangani bantuan militer, telah menjalankan dana perantara kemanusiaan dan ekonomi yang serupa untuk Afghanistan.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen secara pribadi mengawasi para staf yang melakukan transfer dana sebesar $20 miliar ke Bank Dunia, kata seorang pejabat departemen.
BACA JUGA: Zelenskyy: ‘Ketegasan’ Diperlukan untuk Akhiri Perang“Dana ini — yang dibayarkan dari hasil aset-aset Rusia yang dilumpuhkan — akan memberikan Ukraina dukungan penting saat mereka berusaha mempertahankan negaranya dari perang agresi yang tidak beralasan,” ujar Yellen dalam sebuah pernyataan.
“Dana sebesar $50 miliar yang secara kolektif disediakan oleh G7 melalui inisiatif ini akan membantu memastikan Ukraina memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk mempertahankan layanan-layanan darurat, rumah sakit-rumah sakit, dan fondasi-fondasi lain dari perlawanannya yang berani,” tambah Yellen.
Penguatan dolar AS sejak kemenangan Trump pada pemilu 5 November telah mengurangi sedikit pinjaman dalam bentuk dolar.
Menurut sebuah lembar perjanjian pinjaman G7, Uni Eropa akan menyediakan $19,1 miliar, Kanada $3,52 miliar, Inggris $2,88 miliar, dan Jepang $3,11 miliar. [my/ab]