Deplu AS Belum Konfirmasi Perubahan Kebijakan Penggunaan Senjata AS oleh Ukraina

  • Associated Press

Tentara Ukraina bersiap menerbangkan drone Poseidon H10 di garis depan pertempuran di dekat Bakhmut, Donetsk, Ukraina, pada 26 Maret 2024. (Foto: AP/Efrem Lukatsky)

Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Matthew Miller, pada Senin (18/11) sore mengatakan tidak dapat mengonfirmasi adanya perubahan kebijakan terkait penggunaan senjata yang dipasok AS oleh Ukraina dalam perangnya melawan Rusia.

“Saya tidak memiliki pembaruan kebijakan apa pun untuk disampaikan hari ini. Seperti yang Anda ketahui, bahkan sebelum Rusia meluncurkan invasi skala penuhnya, Amerika Serikat telah menggalang koalisi lebih dari 50 negara untuk memberikan bantuan kepada Ukraina dan meminta pertanggungjawaban Rusia atas tindakannya,” ujar Miller.

“Kami telah menjelaskan bahwa kami akan selalu beradaptasi dan menyesuaikan kemampuan yang kami berikan kepada Ukraina, jika diperlukan. Dan kami senantiasa mendukung hal itu dengan langkah-langkah yang telah kami ambil selama beberapa tahun terakhir. Tetapi saya tidak memiliki perkembangan kebijakan baru untuk dibicarakan.”

Miller diminta memberi penjelasan setelah adanya laporan bahwa AS akan mengizinkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh yang dipasok AS, untuk melakukan serangan di dalam wilayah Rusia, sebuah permintaan yang telah lama disampaikan oleh Kyiv.

BACA JUGA: Kremlin: Keputusan AS Izinkan Ukraina Gunakan Rudal Jarak Jauh Tingkatkan Ketegangan

Tidak jelas apakah akan ada batasan penggunaan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat, atau ATACMS, oleh Ukraina, seperti yang terjadi pada sistem rudal AS lainnya. Penyebarannya bisa – setidaknya pada awalnya – terbatas pada wilayah Kursk, Rusia, yang direbut pasukan Ukraina awal tahun ini.

Sejak tahun pertama perang, sejumlah pejabat Ukraina telah melobi sekutu-sekutu Barat untuk mengizinkan mereka menggunakan senjata canggih guna menyerang target-target utama di dalam Rusia. Sebuah langkah yang mereka harapkan dapat mengikis kemampuan negara Beruang Merah itu sebelum pasukan mereka mencapai garis depan di bagian timur dan sekaligus mempersulit mereka untuk menyerang wilayah Ukraina.

Hal ini juga dapat berfungsi sebagai kekuatan pencegah jika terjadi negosiasi gencatan senjata di masa depan.

Perubahan sikap

Amerika Serikat awalnya menolak mengizinkan penggunaan senjata jarak jauh yang dipasoknya ke Ukraina. Presiden Joe Biden bertekad menghindari eskalasi apa pun yang menurutnya dapat menyeret AS dan anggota NATO lainnya ke dalam konflik langsung dengan Rusia yang memiliki senjata nuklir.

Oleh karena itu Kremlin pada hari Senin memperingatkan bahwa keputusan AS untuk mengizikan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh yang dipasoknya untuk melakukan serangan ke dalam wilayah Rusia, akan menambah “bahan bakar ke dalam api.”

Keputusan itu diambil pada hari-hari terakhir masa kepresidenan Joe Biden, sebelum presiden terpilih Donald Trump mulai menjabat pada pertengahan Januari 2025. Trump sebelumnya mengatakan ia akan segera mengakhiri perang Rusia di Ukraina, yang dikhawatirkan banyak orang akan memaksa konsesi yang tidak menyenangkan terhadap Ukraina.

BACA JUGA: Pengamat: Keputusan AS Izinkan Ukraina Gunakan Rudal Jarak Jauh Terlambat

Di sisi lain, Miller mengatakan Menteri Luar Negeri Antony Blinken juga telah menghubungi Senator Marco Rubio pada hari Minggu (17/11) “untuk menyampaikan ucapan selamat atas pengangkatannya.” Blinken mengatakan kepadanya bahwa “pihaknya akan melakukan segala upaya dibutuhkan untuk menyukseskan transisi ini.”

Miller tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai pembicaraan yang dilakukan Blinken dari Amerika Selatan, yang saat ini menemani Presiden Joe Biden menghadiri KTT G20 di Brasil.

Namun Miller memaparkan bahwa tim arahan pemerintahan baru masih belum menandatangani perjanjian dengan Departemen Luar Negeri yang diperlukan bagi lembaga itu untuk mulai membantu transisi. [em/ns]