Dewan Keamanan PBB bersiap untuk melakukan pertemuan darurat hari Senin terkait peluncuran terakhir rudal Korut.
AS, Jepang, Korsel mengajukan permohonan untuk sesi pembicaraan tersebut, yang dijadwalkan siang harinya.
Korut meluncurkan rudalnya hari Minggu pagi, dan pejabat militer Korsel mengatakan rudal tersebut meluncur sejauh 500 kilometer sebelum mendarat di Laut Jepang.
Di Korea Utara, kantor berita KCNA milik pemerintah merayakan dengan menyebutkan uji coba tersebut sebagai “sistem persenjataan strategis jenis baru gaya Korea,” dan membanggakannya sebagai sesuatu yang langsung diawasi oleh pemimpin Korut, Kim Jong Un.
Jurubicara Kemenlu China, Geng Shuang, menyebutkan hari Senin bahwa China menentang peluncuran tersebut, yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Ia menambahkan bahwa China – satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan – dan mendesak semua pihak untuk menahan diri dari tindakan provokatif dan percaya bahwa dialog adalah jalur untuk mencapai resolusi.
Menlu Rusia juga menyampaikan keprihatinannya hari Senin tentang peluncuran rudal tersebut.
PM Jepang, Shinzo Abe, menyebutkan tindakan Korut tersebut “sangat tidak dapat ditoleransi.”
Komentar Abe muncul di konferensi pers bersama dengan Presiden AS, Donald Trump, selama kunjungannya ke Florida.
“Korea Utara harus secara penuh patuh pada seluruh resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan,” ujar pemimpin Jepang tersebut. “Selama pertemuan puncak saya bersama dengan Presiden Trump, ia meyakinkan saya bahwa AS akan selalu (bersama dengan) Jepang 100 persen, dan menunjukkan tekadnya selain komitmennya, ia di sini bersama saya dalam konferensi pers bersama .”
Trump berujar: “Saya hanya ingin semua orang memahami dan secara penuh mengetahui bahwa AS berada di belakang Jepang 100 persen sebagai sekutu yang hebat.”
Uji coba peluncuran rudal Korut secara luas dianggap sebagai tantangan terhadap pemerintahan Trump. [ww]