Laporan-laporan yang menyebutkan tambahan militer Rusia di Ukraina timur menimbulkan kekhawatiran baru di kalangan negara-negara Barat. Dewan Keamanan PBB melangsungkan pertemuan darurat Jumat pagi untuk membahas perkembangan tersebut, sementara para pejabat pertahanan AS dan para diplomat mengadakan pembicaraan tertutup di Jerman. Moskow membantah memberikan dukungan militer bagi separatis pro-Rusia di Ukraina timur namun NATO menyatakan memiliki informasi pasti bahwa Moskow memang melakukannya.
Pasukan pemerintah Ukraina dan pasukan pemberontak telah kembali terlibat pertempuran di kawasan Donetsk timur. Seorang tentara Ukraina mengatakan, separatis melancarkan serangan terhadap titik-titik lemah pertahanan pemerintah.
"Hari ini mereka menyerang Marinka, nanti mereka akan menyerang Avdiivka, namun mereka tidak punya cukup pasukan untuk melancarkan serangan seperti di Debaltseve. Situasi di garis depan kini berbeda."
Kedua pihak sama-sama melaporkan jatuhnya korban. Para pemberontak yang terluka di desa Marinka dirawat di sebuah rumah sakit di Donetsk. Seorang pemberontak pro-Rusia mengatakan
"Kami masuk terlalu jauh ke medan pertempuran. Kami tidak bisa bertahan di sana karena ada kemungkinan dikepung. Jadi kami harus meninggalkan tempat itu."
Presiden Ukraina Petro Poroshenko hari Kamis memperingatkan kemungkinan akan adanya serangan skala besar yang dilancarkan para pemberontak dukungan Rusia.
"Ada 14 batalion Rusia, kelompok-kelompok taktis yang mencakup lebih dari 9000 tentara, di wilayah Ukraina. Jumlah tentara Rusia saat ini di perbatasan dengan Ukraina naik 50 persen dari jumlah tahun lalu."
Rusia dengan keras membantah laporan-laporan tersebut. Namun Sekjen NATO Jens Stoltenberg menegaskan kembali klaimnya bahwa Rusia menyuplai senjata canggih ke pihak separatis. Amerika mengatakan, laporan-laporan Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa (OSCE) mengindikasikan bahwa pasukan pro-Rusia melakukan paling banyak pelanggaran gencatan senjata sejauh ini.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Marie Harf mengatakan, "Antara Kesepakatan Minks yang dicapai bulan September dan Rencana Implementasi bulan Februari, pasukan gabungan Rusia dan separatis merebut ratusan kilometer persegi wilayah Ukraina. Ini merupakan pelanggaran langsung terhadap kesepakatan yang mereka tandatangani."
Negara-negara tetangga Rusia lainnya juga merasa khawatir. NATO berusaha meyakinkan sekutu-sekutunya di kawasan itu bahwa mereka aman.
PBB mengatakan, lebih dari 6400 orang telah tewas akibat pertempuran di Ukraina sejak April 2014.