Dewan Keamanan Siap Beri Sanksi Para Pendukung ISIS

Suasana Sidang Dewan Keamanan PBB (Foto: dok).

Langkah Dewan Keamanan PBB itu bertepatan dengan seruan Presiden Barack Obama untuk membangun koalisi internasional guna melawan militan ISIS, yang telah merebut sebagian besar wilayah di Suriah dan Irak.

Dewan Keamanan PBB sedang mempertimbangkan permintaan Amerika dan Perancis untuk memasukkan dalam daftar hitam, puluhan nama sejumlah ekstrimis asing, penyokong dana dan pihak yang merekrut anggota kelompok militan terkait ISIS di Suriah, Irak, Afghanistan, Tunisia dan Yaman.

Permintaan supaya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi pada tokoh-tokoh dari Perancis, Arab Saudi, Norwegia, Senegal dan Kuwait itu bersamaan dengan akan diadopsinya resolusi Dewan Keamanan PBB untuk menekan ekstrimis asing. Presiden Amerika Barack Obama dijadwalkan akan memimpin sidang tersebut.

Menurut permintaan rahasia yang disampaikan kepada komite pemberian sanksi terhadap al-Qaida di Dewan Keamanan PBB dan diperoleh Reuters, ada 15 orang yang akan masuk dalam daftar hitam tersebut, Selasa (23/9), jika tidak ada keberatan dari pihak lain atau ditunda secara administratif dan jika tidak ada anggota Dewan Keamanan yang memerlukan waktu lebih banyak untuk mengkaji-ulang keputusan itu.

Langkah Dewan Keamanan PBB itu juga bertepatan dengan seruan Presiden Amerika Barack Obama untuk membangun koalisi internasional guna melawan militan ISIS, yang telah merebut sebagian besar wilayah di Suriah dan Irak, menyatakan kekhalifahan mereka di jantung Timur Tengah dan mendorong para pengikutnya untuk menyerang warga sejumlah negara.

Beberapa tokoh yang terancam akan dikenai sanksi PBB – termasuk larangan bepergian ke luar negeri, pembekuan asset dan embargo senjata, antara lain :

1) Abd Al-Rahman Muhammad Mustafa Al Qaduli – warga Irak yang kini menjadi pemimpin senior ISIS di Suriah dan sebelumnya menjabat sebagai wakil pemimpin Al Qaeda Abu Musab Al-Zarqawi.

2) Ahmed Abdullah Saleh Al-Khazmari Al-Zahrani – warga Arab Saudi yang menjadi anggota senior Al Qaeda dan meninggalkan Afghanistan dan Pakistan tahun lalu untuk masuk ke Suriah.

3) Azzam Abdullah Zureik Al-Maulid Al-Subhi – warga Arab Saudi yang juga anggota Al Qaeda dan “bertanggungjawab melatih fisik para militan dan melakukan koordinasi dengan pejuang asing yang ingin bepergian ke Afghanistan”.

4) Ibrahim Suleiman Hamad Al-Hablain – pakar bom Arab Saudi yang beroperasi bagi Brigade Abdallah Azzam yang dibentuk tahun 2009 sebagai kepanjangan tangan Front Al Nusra, afiliasi Al Qaeda di Suriah.

5) Seifallah Ben Hassine – pemimpin Ansar Al-Sharia di Tunisia yang terkait Al Qaeda di Islamic Magreb. Kelompok ini merekrut anak-anak muda Tunisia untuk berperang di Suriah.

6) Abd Al-Rahman bin Umayr Al-Nuaymi – yang digambarkan sebagai tokoh yang “memfasilitasi dukungan finansial yang signifikan bagi Al Qaeda di Irak dan bertindak sebagai penghubung antara pemimpin-pemimpin Al Qaeda di Irak dan para donor di Qatar”.

7) Abd Al-Rahman Khalaf Ubayd Juday Al-Anizi – tokoh yang sudah berada di Suriah sejak tahun 2013 dan pernah menjadi fasilitator Front Al Nusra untuk melakukan operasi dan mengirim logistik ke Suriah melalui kawasan Teluk. Menurut dokumen itu, sejak awal tahun ini Anizi telah memberikan “dukungan berskala luas” kepada ISIS di Suriah dan Irak.

8) Anas Hasan Khattab – warga Suriah yang membantu mendirikan Front Al Nusra dan menjadi pemimpin administratif kelompok itu.

9) Maysar Ali Musa Abdallah Al-Juburi – warga Irak yang memimpin syariah Front Al Nusra.

10) Shafi Sultan Mohammed Al-Ajmi – warga Kuwait yang digambarkan sebagai pengumpul dana yang aktif bagi Front Al Nusra dan “mengoperasikan kampanye media sosial secara teratur untuk meminta dana bagi para pejuang Suriah”.

11) Anders Cameroon Ostensvig Dale – warga Norwegia yang juga anggota Al Qaeda di Semenanjung Arab dan kerap melakuka sejumlah kunjungan ke Yaman untuk mengikuti pelatihan cara membuat bom ikat pinggang, memasang piranti bom dan bom mobil.

Menurut dokumen yang diperoleh REUTERS itu, secara keseluruhan Amerika telah menyampaikan 11 nama tersebut dan dua kelompok – yaitu Brigade Abdallah Azzam di Timur Tengah dan Ansar Al-Sharia di Tunisia – agar dimasukkan dalam daftar hitam terkait Al Qaeda tersebut.

Sementara Perancis memasukkan empat nama, antara lain Emilie Konig – seorang perempuan Perancis yang bepergian ke Suriah tahun 2012 untuk membela ISIS, Kevin Guiavarch dan Salma Oueslati – pasangan suami istri Perancis yang pergi ke Suriah tahun 2012 untuk bertempur bersama militan Front Al Nusra dan sekaligus “mendukung orang-orang yang berencana pergi dari Perancis ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok teroris itu”. Juga Oumar Diaby – seorang warga Senegal yang menjadi pemimpin kelompok bersenjata dengan sekitar 80 anggota di Suriah yang terkait Front Al Nusra.

Beberapa diplomat mengatakan Dewan Keamanan PBB telah menyepakati resolusi yang dirancang Amerika dan dijadwalkan akan diadopsi secara resmi hari Rabu, guna “mencegah dan menekan upaya merekrut, mengatur, mengirim dan melengkapi” orang dari negara lain untuk masuk, merencanakan, menyiapkan atau ikut dalam serangan-serangan ekstrimis itu.

Salah satu bagian rancangan resolusi itu menyatakan “memutuskan agar seluruh negara memastikan bahwa undang-undang dan peraturan mereka bisa menjatuhkan sanksi pelanggaran kriminal yang serius sehingga bisa mengadili dan memberi sanksi sesuai tingkat keseriusan pelanggaran tersebut”.

Resolusi itu sebenarnya secara umum menarget ekstrimis asing yang bepergian ke daerah konflik dimana pun, tetapi diperkuat dengan kebangkitan ISIS dan Front Al Nusra di Suriah dan Irak.

Rancangan resolusi itu dibuat berdasarkan Pasal 7 Piagam PBB sehingga akan mengikat seluruh ke-193 anggota PBB dan sekaligus memberi wewenang kepada Dewan Keamanan untuk memberlakukan keputusan itu dengan ancaman sanksi ekonomi atau sanksi lain. Namun naskah rancangan resolusi itu tidak memberi mandat untuk memberlakukan sanksi militer guna menangani isu pejuang asing ini. (Reuters)