Di Brussel, Menlu Blinken Janjikan Dukungan Amerika bagi Ukraina

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara kepada media di markas NATO di Brussel, Rabu (13/11).

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken Rabu (13/11) meyakinkan Ukraina dan sekutu-sekutu NATO-nya bahwa Washington tetap berkomitmen untuk menempatkan Ukraina “dalam posisi sekuat mungkin” dalam bulan-bulan terakhir pemerintahan Presiden Joe Biden, sebelum presiden terpilih Donald Trump mulai menjabat pada Januari.

Pada saat bersamaan, Blinken menyatakan kekhawatiran mengenai kemungkinan Rusia meningkatkan kemampuan rudal dan nuklir Korea Utara, sementara pasukan Korea Utara berjuang bersama pasukan Rusia di Ukraina.

“Presiden Biden telah berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap dolar yang kami miliki akan dikeluarkan antara sekarang dan 20 Januari,” kata Blinken kepada wartawan di markas besar NATO di Brussels hari Rabu.

“Kami pastikan bahwa Ukraina memiliki pertahanan yang diperlukannya, yang memiliki artileri yang diperlukannya, yang memiliki kendaraan lapis baja yang diperlukannya,” lanjutnya.

Blinken mengatakan kepada VOA ia berharap dukungan sekutu-sekutu AS untuk Ukraina akan meningkat. Ia juga menegaskan bahwa sangat penting bagi mitra-mitra Washington untuk “terus lebih dari sekadar memikul beban mereka.”

Berbicara bersama Sekjen NATO Mark Rutte, Blinken menegaskan kembali bahwa Washington akan “terus mendukung semuanya” untuk memungkinkan Ukraina membela diri secara efektif melawan agresi Rusia.

Rutte dan para pemimpin Eropa lainnya menyatakan kekhawatiran serius mengenai dukungan aktif Korea Utara untuk Rusia dalam perangnya di Ukraina.

“Tentara-tentara Korea Utara ini merupakan ancaman tambahan bagi Ukraina dan akan meningkatkan potensi Putin membuat kerusakan,” kata Rutte kepada wartawan.

Departemen Luar Negeri AS mengungkapkan bahwa lebih dari 10 ribu tentara Korea Utara telah dikerahkan ke Rusia timur, dan sebagian besar dari mereka telah bergerak ke ujung barat Kursk, yang sebagian berada di bawah kendali Ukraina.

Blinken Rabu menggambarkan kerja sama militer antara Pyongyang dan Moskow sebagai “jalan dua arah.”

“Ada kekhawatiran mendalam mengenai apa yang Rusia sedang atau mungkin akan lakukan untuk memperkuat kemampuan Korea Utara: kemampuan rudalnya, kemampuan nuklirnya,” selain bertambahnya pengalaman pasukan Korea Utara di medan tempur, katanya kepada wartawan.

Di Brussels, Blinken mengadakan pembicaraan antara lain dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, dan menteri luar negeri Inggris David Lammy.

Di Washington, para pejabat mengatakan Presiden Biden diperkirakan akan meminta presiden terpilih Trump untuk tidak meninggalkan Ukraina dalam pembicaraan mereka di Gedung Putih pada hari Rabu.

Sekutu-sekutu politik Trump telah mengindikasikan bahwa pemerintahan mendatang akan memprioritaskan perdamaian di Ukraina daripada membuat negara itu merebut kembali Krimea dan wilayah-wilayah lain yang diduduki Rusia. [uh/ab]