Tidak terpengaruh oleh perang di dalam negeri, delegasi dari Ukraina dan wilayah Palestina berpartisipasi secara aktif di KTT Iklim atau COP28. Mereka bertekad untuk menarik perhatian tidak hanya pada ancaman lingkungan yang dihadapi tanah air mereka, tetapi juga untuk menekankan posisi mereka dalam komunitas global.
Ukraina, yang menghadiri konferensi internasional COP yang kedua, menggunakan paviliunnya di Dubai untuk menyoroti kerusakan lingkungan yang parah akibat invasi Rusia dan mengusulkan langkah-langkah pencegahan terhadap ekosida dalam skala global.
Ruslan Strilets, Menteri Perlindungan Lingkungan dan Sumber Daya Alam Ukraina, mengatakan kepada VOA bahwa tujuan delegasi tersebut tidak hanya menunjukkan dampak perang terhadap lingkungan dan iklim, namun juga untuk menyatukan dan melibatkan komunitas internasional dalam mencapai keadilan dan perdamaian.
Ukraina berkomitmen untuk memerangi perubahan iklim, tambah Strilets.
“Meskipun terjadi perang, Ukraina sedang menyelesaikan pengembangan arsitektur iklimnya dan secara konsisten memenuhi komitmen iklimnya. Pada COP28, kami ingin mengumpulkan lebih banyak mitra di seluruh negara kami demi masa depan yang lebih hijau bagi Ukraina dan seluruh dunia,” katanya.
Your browser doesn’t support HTML5
Eksposisi paviliun Ukraina disusun menjadi tiga blok utama. Satu blok menceritakan ledakan dahsyat di bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air Kakhovka pada bulan Juni, yang membanjiri puluhan kota dan desa serta merenggut lebih dari 50 nyawa.
Blok kedua menggambarkan upaya Ukraina untuk segera membangun kembali apa yang telah dihancurkan oleh perang, dan blok ketiga merinci dampak buruk perang terhadap lingkungan.
Di paviliun Palestina, Ahmed Abuthaher, Direktur Jenderal Otoritas Kualitas Lingkungan yang berbasis di Tepi Barat mengatakan kepada VOA bahwa delegasinya berada di Dubai “untuk memberitahu masyarakat agar memandang kami sebagai aktivis kemanusiaan dan konferensi ini adalah untuk kemanusiaan.”
BACA JUGA: Presiden COP28: Masih Banyak yang Bisa Dilakukan demi Kesepakatan
“Untuk perubahan iklim, kami perlu memiliki akses yang mudah terhadap sumber daya keuangan. Kami mengalami kekurangan air dan di beberapa daerah terjadi penggurunan,” katanya, seraya mengungkapkan harapan akan bantuan dari Dana Kerugian dan Kerusakan yang diumumkan pada hari pertama konferensi.
Laporan pada bulan Juni 2022 yang disiapkan oleh Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB menyatakan bahwa 78% air pipa di Gaza tidak layak untuk dikonsumsi manusia.
Menurut halaman pavilion Palestina di web resmi COP28, para pemimpin Palestina menyadari bahwa upaya kolektif lintas sektor sangat penting untuk memenuhi komitmen iklim konferensi tersebut dan memastikan masa depan yang berkelanjutan dan berketahanan. [lt/em]