Di Tengah Tuduhan Kecurangan, Warga Rusia Berikan Suara di Hari Terakhir Pemilu

Warga Rusia berjalan melewati banner kampanye di Moskow (foto: dok).

Warga Rusia hari Minggu (19/9) memberikan suara di TPS, hari terakhir pemilihan parlemen yang berlangsung selama tiga hari dan dinodai tuduhan meluasnya kecurangan, dan tindakan keras baru terhadap gerakan pimpinan politisi oposisi yang dipenjara, Alexei Navalny.

Partai Rusia Bersatu, yang didukung Kremlin, diperkirakan akan memenangkan pemungutan suara parlemen, menyusul tindakan keras aparat berwenang terhadap para pembangkang agar para pengecam pemerintah yang vokal tidak mengikuti pemilu itu dan hantaman terhadap media independen. Tetapi partai yang mendukung Presiden Vladimir Putin bisa berisiko kehilangan mayoritas super di parlemen, karena jajak pendapat yang dilakukan sebelum pemilu menunjukkan anjloknya popularitas partai itu menjadi sekitar 30% saja.

Tiga perempat mayoritas Partai Rusia Bersatu di Duma, yang memiliki 450 kursi, telah memberi partai itu kewenangan besar, termasuk kemampuan mengubah konstitusi – seperti yang terjadi tahun lalu – untuk memungkinkan Putin kembali mencalonkan diri sebagai presiden untuk dua masa jabatan lagi setelah tahun 2024 nanti.

BACA JUGA: Rusia Gelar Pemilu Parlemen

Partai Komunis, yang merupakan partai kedua terkuat di Rusia, berada diposisi untuk meraih kursi terbanyak dengan mengalahkan Partai Rusia Bersatu. Partai Komunis, yang mempertahankan dukungan kuat dari warga Rusia yang lebih tua, kali ini mungkin juga mendapat dorongan ekstra dari para pendukung Navalny.

Strategi Navalny dipertaruhkan pada inisiatif “Smart Voting,” suatu mekanisme yang dipromosikan sebagai cara bagi pemilih yang menentang Putin untuk dapat mengidentifikasi kandidat yang memiliki peluang terbaik guna mengalahkan kandidat Rusia Bersatu supaya tidak memecah oposisi.

Sebagian besar kandidat yang diidentifikasi dalam mekanisme itu berasal dari Partai Komunis, meskipun Partai Komunis dan dua partai lain di Duma jarang memberikan suara untuk menentang inisiatif mayoritas atau yang dilobi Kremlin secara terang-terangan.

“Jika Partai Rusia Bersatu menang, negara kita akan menghadapi lima tahun kemiskinan lagi, lima tahun penindasan setiap hari, dan lima tahun yang terbuang,” demikian petikan pesan di akun Instagram Navalny yang dibacakan pada malam pemilihan.

Dalam beberapa bulan terakhir ini, pihak berwenang Rusia telah kembali melancarkan tindakan keras terhadap jaringan politik Navalny, dengan menjadikannya sebagai “organisasi ekstremis” dan melarang politisi-politisi sekutunya untuk berpartisipasi dalam pemilu.

Saat pemungutan suara dimulai 17 September lalu, aplikasi panduan pemilihan menghilang dari toko online Apple dan Google, dalam apa yang oleh rekan-rekan Navalny disebut sebagai penyensoran dan sikap tunduk pada tekanan Kremlin. [em/ka]