Diaspora Indonesia sering menyelenggarakan tradisi Indonesia di Amerika. Berbagai tradisi itu masih melekat dan biasa dilakukan oleh masyarakat Indonesia, meskipun di perantauan.
Pada upacara Kuningan yang berlangsung 14 Januari lalu, warga Bali yang tinggal di negara bagian Maryland, Virginia dan Washington, DC mengadakan upacara adat di salah satu rumah yang kebetulan milik ketua Banjar Bali wilayah negara bagian DC, Maryland dan Virginia, Ketut Yuli Kartika Inggas, yang akrab dipanggil Ika.
“Banjar di Bali itu sebenarnya adalah beberapa keluarga yang lokasinya sama, membuat semacam komunitas. Jadi membanjar, dan karena orang Bali maka disebut Banjar Bali. Kegiatan Banjar Bali melekat dengan budaya Bali meskipun sebenarnya merupakan wahana untuk lebih mengakrabkan kami yang jauh dari kampung halaman untuk bisa bersama-sama (merayakan adat Bali),” kata Ika Inggas.
Hal senada disampaikan oleh Wakil Dutabesar RI di AS, Sade Bimantara yang kebetulan juga orang Bali.
“Diaspora Indonesia asal Bali atau yang beragama Hindu yang tinggal di DMV (DC, Maryland dan Virginia) memang jumlahnya tidak banyak, dibandingkan dengan diaspora dari wilayah lain di Indonesia. Mungkin sekitar 150 orang, dan mereka umumnya profesional yang bekerja di sejumlah kantor, ada yang bisnis di kuliner, membuka beberapa restoran hibachi. Jadi ini punya arti penting dan kesempatan yang jarang untuk kami berkumpul di satu tempat bersama untuk merayakan Galungan dan Kuningan,” ujarnya.
Menurut Sade Bimantara, kedua upacara yang terpisah 10 hari itu, memiliki arti mendalam bagi warga Hindu.
“Kuningan ini mempunyai yang sangat penting dan mendalam bagi warga Hindu di Bali dan di seluruh dunia, yang artinya adalah kemenangan kebaikan atas kejahatan. Jadi kebohongan dikalahkan oleh kebenaran, termasuk berbagai kejahatan yang ada di luar ataupun di dalam diri kita sendiri,” tambah Bimantara.
Upacara Kuningan yang dipimpin oleh I Nyoman Yudhi Suryawan Sapanca itu, diawali dengan pemberkatan air suci, kemudian pembagian butiran beras sebagai simbol kemakmuran. Biji beras itu dilekatkan di kening dan sisanya digigit.
I Nyoman Sapanca yang telah tinggal di AS selama 20 tahun di Lurray, Virginia, merasa bersyukur bisa memimpin upacara adat Kuningan di Amerika.
“Saya merasa bangga dan bersyukur bisa bertemu sesama Hindu di perantauan, karena kita jauh dari kampung halaman. Dengan hari raya ini kami bisa berkumpul,” ujar Nyoman.
Ketika VOA menanyakan bagaimana mempersiapkan berbagai sesajian dan hiasan janur ala Bali di Amerika, Ika Inggas menjelaskan, “Kami menganut apa yang disebut desa, kala, patra. Desa itu berhubungan dengan tempat, kala itu waktu dan patra itu kondisi. Jadi di mana tempat, waktu dan kondisi disesuaikan.
Ika menambahkan, "Nah kalau di Bali banyak pohon kelapa, jadi ada janur, di AS adanya di negara bagian California. Di sini tidak ada janur, jadi memakai kertas yang bentuknya seperti janur. Jadi yang penting ada yang utama seperti bunga, air dan api dalam artian dupa. Jadi itu saja tidak perlu yang cantik dan besar, tapi ada itu saja.”
Sementara bagi Niluh Sugianti Yetter yang menikah dengan pria Amerika dan tinggal di negara bagian Delaware, ada perasaan lain merayakan upacara Kuningan di Amerika, seperti yang ia tuturkan kepada VOA.
“Lain, kalau di Indonesia kami seperti keluarga, kami semua berkumpul. Kalau di sini lebih seperti komunitas. Saya dari Delaware, saya orang Bali sendiri di Delaware yang merayakan adat Bali. Komunitas di Maryland mengundang dalam satu organisasi Banjar Bali dalam acara Galungan, Kuningan atau Nyepi, kami rayakan bersama-sama,” tuturnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Upacara adat Bali tentu tak lepas dari tarian, mengingat sejak anak-anak diajarkan menari. Maka dalam rangkaian acara Kuningan ditampilkan tari Rejang Renteng yang biasanya dibawakan oleh enam penari perempuan atau lebih.
Acara adat semacam ini diharapkan dapat meningkatkan pengenalan budaya Bali di Amerika, sebagai salah satu dari etnik Indonesia.
Sejak tahun 1990, pemerintah Amerika menetapkan bulan Mei sebagai Bulan Warisan Budaya Asia dan Kepulauan Pasifik. Maka acara-acara yang bersifat tradisi dan budaya oleh warga Asia termasuk Indonesia sangat dihargai dan menjadi sarana pengenalan budaya di AS. [ps/em]