Made Yoni menghimpun tantangan dan harapan warga Indonesia di luar negeri di penghujung tahun 2024.
Bagi diaspora Indonesia di AS, situasi tidak pasti di dalam negeri membayangi pergantian tahun 2024.
“Dengan terpilihnya Trump banyak pihak-pihak yang khawatir dengan status mereka misalnya status green card, meskipun belum terjadi tapi banyak “rumor” bahwa lebih sulit untuk tinggal dan bekerja di AS bahkan dari Indonesia banyak yang merasa takut atau khawatir untuk tidak mendapatkan visa karena pemerintahannya berganti dari Demokrat ke Republik. Dari segi ekonomi, tiga dari empat negara terbesar di dunia terdapat di Asia, dinamika ekonominya terpusat banyak juga perusahaan-perusahaan AS yang outsource ke Asia sehingga lapangan pekerjaan di AS makin terbatas.”
Suliati Boentaran adalah diaspora Indonesia, direktur dari pusat budaya Indonesia di San Francisco. Sebagai migran yang sudah tinggal di AS selama 30 tahun, ia tetap berharap tahun 2025 akan membawa stabilitas.
Keamanan geopolitik turut menjadi salah satu tantangan bagi warga Indonesia di luar negeri selama tahun 2024. Hal ini juga dirasakan diaspora Indonesia di Eropa, seperti disampaikan Willie Mas, migran Indonesia asal lombok yang sudah tinggal di Swedia selama 15 tahun. Swedia sejak Maret 2024 telah menjadi anggota penuh NATO. Ia cemas dampak perang di Ukraina akan menyeret sekutu NATO di Eropa.
Willie Mas adalah migran Indonesia asal Lombok yang tinggal di Swedia selama satu setengah dekade. Swedia sejak Maret 2024 telah menjadi anggota penuh NATO dan cemas dampak perang di Ukraina akan menyeret sekutu NATO di Eropa.
“Dikhawatirkan akan terjadi perang karena sudah beredar semua buku pedomannya bagaimana menyelamatkan diri, apa yang harus dilakukan, kontak siapa, sudah disebar semua bukunya. Yang saya khawatirkan kalau terjadi perang, anak-anak saya bagaimana, karena masih kecil. Swedia kan sebelumnya netral tapi sekarang sudah masuk aliansi NATO. Kita tidak pernah menghadapi perang,” keluhnya.
Harapan Willie untuk tahun 2025 adalah pemimpin dunia bisa menghentikan perang di mana saja dan mengambil keputusan yang baik bagi warganya, dan ekonomi akan membuat usahanya dalam bidang pembangunan perumahan, yang terpuruk akibat inflasi pada tahun 2024, membaik.
Putu Asri Mindariani warga Indonesia lainnya yang bekerja di kota Bastaat, Swedia mewakili tantangan bagi pekerja Indonesia di luar negeri di bidang perhotelan yang terimbas inflasi dan tetap merindukan tanah air.
“Nilai barang-barang itu mahal, sedangkan gaji tetap, belum ada perubahan. Kita di luar negeri tidak di negara kita sendiri kadang-kadang kita merasa lebih nyaman berada di negara sendiri,” tukasnya.
Ardianto Satriawan, peneliti asal Indonesia yang bekerja di Inha University di Incheon, Korea Selatan, pada pergantian tahun mengarahkan perhatiannya pada situasi yang dialami sesama warga Indonesia di tanah air, tekait kebijakan baru pajak atau PPN.
“Semoga ada pertimbangan khusus dari pemerintah karena kalau PPN naik, kan semua akan naik. Dari rantai produksi sampai konsumsi akan kena. Terus, yang kena pengecualian cuma sedikit kan ya. Jadi, ya semoga ada yang lebih baik.”
Terlepas dari semua tantangan dan harapan untuk tahun yang baru, warga Indonesia di luar negeri tetap mengharapkan kehidupan yang lebih baik dalam tahun yang akan datang. Mereka sepakat menginginkan perdamaian dan keamanan, baik politik maupun ekonomi. [my/ka]
Your browser doesn’t support HTML5