Firma hukum asal Amerika Serikat (AS), Mayer Brown, pada Jumat (15/10) mengatakan bahwa pihaknya tidak jadi membantu satu universitas di Hong Kong untuk memindahkan sebuah patung peringatan tragedi Tiananmen. Peran firma itu menuai kecaman dari organisasi hak asasi manusia dan politisi Amerika.
Patung tembaga setinggi delapan meter yang dibuat untuk menghormati demonstran Lapangan Tiananmen yang terbunuh itu telah dipamerkan di Universitas Hong Kong selama lebih dari 20 tahun. Patung itu menggambarkan puluhan tubuh yang terluka dan terpelintir, melambangkan mereka yang terbunuh dalam tindakan keras pemerintah China terhadap demonstran prodemokrasi di Lapangan Tiananmen pada 1989.
Firma hukum itu sebelumnya menggambarkan kasus itu sebagai "masalah real estat" semata. Pada Jumat mereka mengatakan "tidak akan mewakili klien lamanya (Universitas Hong Kong) dalam masalah ini" dan menolak berokomentar komentar lebih lanjut.
BACA JUGA: Wakil Presiden IOC: Catatan HAM China Bukan Wewenang OrganisasinyaMayer Brown, yang merupakan salah satu firma hukun terbesar di Amerika, mendapati pihaknya terjebak di antara kemarahan publik internasional dan sensitivitas dalam menjalankan bisnisnya di wilayah China.
Universitas Hong Kong belum membalas permintaan komentar.
Dikenal sebagai Pilar of Shame, patung itu merupaka satu dari sedikit simbol publik yang tersisa dari episode Lapangan Tiananmen, yang merupakan topik tabu di China dan tidak bisa diperingati secara terbuka di sana.
Pematung asal Denmark Jens Galschiøt meminjamkan patung itu tanpa batas waktu kepada kelompok masyarakat madani Hong Kong yang dibubarkan bulan lalu karena sebagian anggotanya dituduh melanggar keamanan nasional.
BACA JUGA: Kepala Eksekutif Hong Kong Umumkan Rencana Perbatasan dengan ChinaAtas nama universitas itu, firma tersebut menulis surat, yang isinya meminta kelompok tersebut untuk memindahkan patung itu pada Rabu (13/10), tetapi hal itu tidak dilakukan.
Menanggapi kritik yang datang, Mayer Brown pada mengatakan awal pekan ini bahwa "Nasihat hukum kami tidak dimaksudkan sebagai komentar atas peristiwa terkini atau sejarah." (ka/rs)