Jumlah warga Gaza yang tewas telah melampaui 23 ribu orang, demikian menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Sementara itu Israel meneruskan operasi militernya dan bersiteguh bahwa militernya akan berhenti kalau Hamas sudah dilenyapkan, meskipun seruan untuk gencatan senjata semakin kuat terdengar.
“Kami terus mendukung jeda kemanusiaan tetapi bukan gencatan senjata umum sekarang. Presidan tidak berubah dalam hal ini," kata John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih.
Kirby menegaskan kembali posisi AS kepada VOA dalam briefing, Selasa (1/10) itu meskipun ada komentar Presiden Biden sehari sebelumnya yang berbeda isinya. “Saya mengusahakan agar pemerintah Israel mengurangi dan secara signifikan keluar dari Gaza, memanfaatkan semua cara untuk mencapai tujuan itu.”
Biden waktu itu menanggapi pengganggu ketika berpidato yang mendesak agar dia mengupayakan gencatan senjata.
Insiden ini merupakan peragaan paling terbuka dari perpecahan yang terjadi di kalangan pemilih Amerika menjelang pemilihan presiden pada November mendatang.
Melani Cammett, pakar hubungan internasional di Center for Middle Eastern Studies di Harvard University, mengatakan, “Pemerintahan Biden dan Presiden Biden sendiri berada dalam posisi sulit, karena masih ada sebagian masyarakat Amerika yang sangat kuat mendukung persekutuan Israel-AS, dan menilai setiap usaha yang tidak 100 persen mendukung Israel sebagai ancaman terhadap persekutuan itu.”
Sebuah pol oleh Gallup pada Desember memperlihatkan 38 persen warga Amerika berpendapat Israel menerima dukungan yang tepat dari Amerika, sementara 36 persen berpendapat terlalu banyak dan 24 persen terlalu sedikit.
Empat puluh persen Demokrat dan independen mengatakan AS memberi terlalu banyak dukungan untuk Israel sementara di pihak Republik 26 persen. [jm/lt]