Presiden Argentina Javier Milei dan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula Da Silva pada Kamis (1/8) mengesampingkan perbedaan ideologis yang telah menjauhkan mereka, dan sepakat untuk menempatkan Kedutaan Besar Argentina di Caracas di bawah pengawasan Brazil, termasuk perlindungan terhadap enam tokoh oposisi Venezuela yang telah mencari suaka di dalam kedutaan itu.
Kementerian Luar Negeri Argentina mengumumkan pada hari Kamis bahwa para pejabat diplomatik Argentina di Venezuela akan meninggalkan negara itu, sebagaimana yang diminta oleh pemerintah Presiden Venezuela Nicolás Maduro beberapa hari yang lalu.
Pihak kementerian menambahkan bahwa Brazil akan menjaga lokasi misi Argentina di Caracas, "termasuk kedutaan besar dan kediaman resmi, barang-barang dan arsipnya, serta perlindungan kepentingannya."
"Apa yang dilakukan Argentina di sini, setelah memindahkan personelnya dari negara itu, adalah bahwa mereka mencapai kesepakatan dengan Brazil sehingga Brazil mengambil alih penjagaan markas besarnya. Dengan demikian Brazil menjadikan Kedutaan Besar Argentina sebagai bagian dari gedung diplomatiknya," jelas profesor dan analis politik terkemuka dari Universitas Venezuela, Benigno Alarcon.
BACA JUGA: Terus Ditekan, Maduro Akhirnya Bersedia Sampaikan Data Pemilu VenezuelaKeputusan yang dicapai oleh kedua negara atas permintaan pemerintah Milei ini juga mencakup "para pencari suaka politik dari oposisi Venezuela" yang telah berada di bawah perlindungan di kediaman Caracas sejak 20 Maret, tambah pernyataan tersebut.
Menurut pemerintah Venezuela, para pencari suaka tersebut terkait dengan dugaan rencana melakukan kekerasan, yang belum terbukti.
Argentina telah mempertanyakan mengapa Venezuela berulang kali menolak untuk memberikan izin meninggalkan negara tersebut.
Pengusiran staf diplomatik
Pemerintah Venezuela pada Senin (29/7) memerintahkan staf diplomatik dari Argentina dan enam negara Amerika Latin lainnya untuk meninggalkan negara itu dalam waktu 72 jam setelah mereka mempertanyakan pernyataan Maduro sebagai pemenang pemilu tanpa penghitungan suara, yang dilakukannya pada hari Minggu (28/7).
Milei, seorang sayap kanan yang memiliki hubungan yang tegang dengan Lula, menyambut baik sikap tersebut.
"Saya sangat menghargai kesediaan Brazil untuk mengambil alih kedutaan besar Argentina di Venezuela. Kami juga berterima kasih atas representasi sesaat dari kepentingan Republik Argentina dan warganya di sana," katanya dalam akun X.
Ia menambahkan bahwa kepergian staf diplomatik Argentina adalah "pembalasan dari diktator Maduro atas kecaman kami terhadap kecurangan yang dilakukan pada hari Minggu lalu."
BACA JUGA: Borrell: Uni Eropa Tidak Akan Akui Hasil Pemilu Venezuela Sampai Semua Suara Dihitung"Saya tidak ragu bahwa kami akan segera membuka kembali kedutaan kami di Venezuela yang bebas dan demokratis," kata sang presiden, yang juga secara terbuka dan dengan kata-kata kasar telah berbicara kepada pemimpin Venezuela yang beraliran kiri itu dalam beberapa kesempatan.
Tekanan meningkat
Tekanan dari sejumlah negara terhadap Maduro telah semakin meningkat setelah Dewan Pemilihan Nasional (CNE) pada hari Senin secara resmi menyatakannya sebagai pemenang pemilu dengan meraih 51 persen suara berbanding 44 persen untuk kandidat oposisi Edmundo González, sebuah hasil yang tidak diakui oleh oposisi Venezuela dan beberapa negara lainnya.
Ketegangan mencapai puncaknya ketika pemerintah Venezuela memutuskan untuk mengusir para diplomat dari Argentina, Chile, Kosta Rika, Panama, Peru, Republik Dominika, dan Uruguay, dengan menuduh "tindakan campur tangan" negara-negara tersebut karena mengabaikan hasil pemilu.
Pemerintah Lula menegaskan akan menjaga misi diplomatik Argentina berdasarkan ketentuan-ketentuan Konvensi Wina 1961 mengenai Hubungan Diplomatik dan Konvensi Wina 1963 mengenai Hubungan Konsuler. [em/jm]