Mantan diplomat Amerika, Bill Richardson, mengundurkan diri, Rabu (24/1), dari sebuah dewan penasihat internasional yang memberi masukan untuk Myanmar mengenai krisis Rohingya, dan menuduh panel itu tidak berkomitmen membuat perubahan di negara Asia Tenggara itu.
"Tampaknya dewan itu lebih berperan sebagai pemandu sorak untuk kebijakan pemerintah, ketimbang mengusulkan perubahan kebijakan yang sangat dibutuhkan untuk menjamin perdamaian, stabilitas dan pembangunan di Negara Bagian Rakhine," kata Richardson dalam sebuah pernyataan.
Richardson, mantan Duta Besar AS untuk PBB danMenteri Energi dalam pemerintahan Bill Clinton, berhenti ketika dewan tersebut melakukan kunjungan pertama ke negara bagian Rakhine bagian barat, di mana hampir 700.000 Muslim Rohingya telah melarikan diri dari sebuahpenumpasan militer terhadap pemberontak Rohingya dalam lima bulan terakhir.
Richardson mengatakan bahwa pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi,lemah dalam "kepemimpinan moral." Dia melontarkan tuduhan itu dua hari setelah bertemu Suu Kyi dan anggota dewan lainnya. Richardson mengatakan dia dan Suu Kyi berdebat, pada saat dia menyebutkan kasus dua wartawan Reuters yang diadili atas tuduhan melanggar undang-undang untuk melindungi rahasia negara.
Suu Kyi meminta dewan tidak mencampuri masalah itu, menurut Richardson, yang menambahkan perdebatan tersebut berlanjut pada makan malam hari itu.
Kedua wartawan tersebut ditangkap oleh polisi pada 12 Desember 2017, di Yangon karena diduga memiliki dokumen rahasia yang berkaitan dengan situasi keamanan Rakhine.
Saksi Rohingya dan aktivis hak asasi manusia menuduh angkatan bersenjata melakukan pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran dalam sebuah kampanye yangoleh PBB dan Amerika Serikat dianggap adalah pembersihan etnis. [ps/jm]