Seorang penasihat kebijakan luar negeri China mengatakan, negara itu menginginkan hubungan yang lebih erat dengan AS di bawah pemerintahan Joe Biden, seraya mengatakan Washington harus “secara efektif menghormati sikap dan keprihatinan China tentang masalah Taiwan”.
Kepala Kantor Urusan Luar Negeri Partai Komunis yang berkuasa, Yang Jiechi, mengatakan kedua belah pihak akan memiliki sejumlah perbedaan pandangan tetapi tidak boleh membiarkan perbedaan-perbedaan itu merusak hubungan.
Dalam pidatonya, Selasa (2/2), di hadapan Komisi Nasional AS untuk Hubungan Amerika Serikat-China, Yang melanjutkan nada positif yang diambil China terhadap pemerintahan baru AS menyusul ketegangan yang meningkat di bawah mantan presiden Donald Trump.
Hubungan AS-China jatuh ke titik terendah baru di bawah pemerintahan Trump terkait perselisihan perdagangan, HAM dan Taiwan, sebuah pulau yang berpemerintahan sendiri yang diklaim China sebagai wilayahnya dan diancam akan dikendalikan oleh kekuatan militernya.
“China dan Amerika Serikat adalah dua negara besar dengan sejarah, budaya, dan sistem yang berbeda, sehingga memiliki perbedaan dalam beberapa masalah. Sangat penting untuk mengontrol perbedaan-perbedaan itu dengan benar dan tidak membiarkan perbedaan-perbedaan itu mengganggu perkembangan hubungan bilateral secara keseluruhan, '' kata Yang dalam percakapan yang direkam itu.
“Amerika Serikat harus memenuhi komitmennya kepada Beijing untuk mematuhi prinsip satu-China, dan secara efektif menghormati sikap dan perhatian China terhadap masalah Taiwan,'' kata Yang.
BACA JUGA: AS, China Mungkin akan Bertemu di Forum Ekonomi Dunia di SingapuraNada positif yang disampaikan Yang memicu persepsi bahwa para pemimpin China mengharapkan awal yang baru dalam hubungan Beijing dengan Washington, meski perselisihan yang mendalam tetap ada.
AS menekan China dalam masalah perdagangan, kekayaan intelektual dan kebijakan terhadap Tibet, minoritas Muslim di Xinjiang, dan Hong Kong. China membenci dukungan AS untuk Taiwan dan kehadiran militer AS di Laut China Selatan yang menurutnya sebagai usaha AS untuk mengekang pertumbuhan China.
Calon Biden untuk duta besar PBB, Linda Thomas-Greenfield, pekan lalu menyebut China sebagai “musuh strategis” yang mengancam dunia dan menyatakan penyesalan atas pidato yang disampaikannya pada 2019 yang memuji inisiatif China di Afrika dan tidak menyebutkan pelanggaran HAM yang dilakukan China. [ab/uh]