Diplomat Senior AS, China Lakukan Pertemuan Tertutup di Hawaii

Menlu AS Mike Pompeo (kanan) dan Diplomat Top dan Anggota Politbiro China Yang Jiechi (kiri) dalam pertemuan di Washington, D.C., 9 November 2018. (Foto; dok).

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengadakan pembicaraan dengan Yang Jiechi, diplomat top dan anggota Politbiro China, di Hawaii, hari Rabu (17/6).

Pembicaraan tertutup selama enam jam di pangkalan Angkatan Udara Hickam di Honolulu itu merupakan pertemuan tatap muka pertama antara Pompeo dan Yang sejak Agustus lalu. Mereka didampingi oleh Deputi Menteri Luar Negeri AS Stephen Biegun dan Duta Besar China Cui Tiankai. Pompeo dan Yang juga bertemu dalam makan malam singkat hari Selasa.

Meskipun kedua pihak tidak ada yang mengungkap diskusi mereka, media yang dikelola pemerintah China menyebut pembicaraan itu “konstruktif,” sedangkan juru bicara Pompeo menekankan kepada Yang “perlunya kesepakatan timbal balik sepenuhnya” antara Washington dan Beijing.

Hubungan antara dua ekonomi terbesar dunia ini telah jatuh ke titik terburuk mereka dalam beberapa dekade ini karena sejumlah isu, di antaranya perdagangan, cengkeraman Beijing yang kian kuat terhadap Hong Kong yang semiotonom, kehadirannya yang kian besar di Laut China Selatan dan asal usul pandemi virus corona, yang pertama kali dideteksi di China Tengah pada akhir Desember lalu.

Bonnie Glaser, direktur China Power Project di lembaga kajian Center for Strategic and International Studies di Washington, mengatakan kepada VOA ia “tidak optimistis pembicaraan ini akan menghentikan penurunan hubungan bilateral.”

BACA JUGA: Trump Teken UU untuk Hukum China atas Perlakukan Terhadap Etnis Uighur

Sementara pertemuan Pompeo-Yang berlangsung, Presiden Donald Trump menandatangani legislasi yang akan menetapkan sanksi terhadap para pejabat China terkait penahanan massal hingga 1 juta Muslim Uighur dan minoritas Muslim lainnya di Provinsi Xinjiang.

Kementerian Luar Negeri China, Kamis (18/6) mengeluarkan pernyataan yang mengecam undang-undang baru itu, menuduh Washington mencampuri urusan dalam negeri China. Pernyataan itu memperingatkan bahwa jika AS “tidak segera memperbaiki kesalahannya,” Beijing akan “dengan tegas mengambil langkah balasan” yang dampaknya harus dipikul sepenuhnya oleh AS.

BACA JUGA: Bolton: Trump Libatkan Pemimpin Dunia Demi Kepentingannya Sendiri

Pertemuan itu juga dibayang-bayangi oleh kutipan dari buku mendatang John Bolton, mantan penasihat keamanan nasional Trump, yang dirilis oleh harian The New York Times dan Washington Post. Bolton menuduh presiden AS itu meminta Xi agar China meningkatkan pembelian produk-produk pertanian AS untuk membantu Trump memastikan dukungan dari negara bagian-negara bagian yang mengandalkan pertanian, dalam kampanyenya untuk terpilih kembali dalam pemilu November mendatang. Imbalan untuk itu adalah tarif yang lebih menguntungkan bagi produk-produk China. [uh/ab]