Organisasi Kesehatan Dunia ((WHO), Kamis (15/7), meminta China untuk bekerja sama sepenuhnya dalam penyelidikan asal-usul COVID-19, dengan mengatakan perlunya pertanggung jawaban penuh terhadap jutaan orang yang menderita dan meninggal.
Dalam jumpa pers di markas besar badan tersebut di Jenewa, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus bersama Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn, mengatakan China perlu lebih terbuka dan transparan serta memberikan lebih banyak data mentah mengenai hari-hari pertama di mana virus itu ditemukan.
Tedros mengatakan data mentah bisa membantu menjelaskan bagaimana virus berkembang dan menyebar, dan mencegahnya kembali terjadi. Ia juga mengatakan dunia berutang kepada para korban pandemi.
“Saya kira kita berutang kepada jutaan orang yang menderita dan meninggal untuk benar-benar memahami apa yang terjadi,” katanya.
BACA JUGA: COVID-19 Mungkin Sudah Landa China pada Oktober 2019Pimpinan WHO itu mengatakan badan tersebut dan negara-negara anggotanya terus terlibat dengan China untuk mendapatkan jawaban, dan ia yakin akan ada kerjasama yang lebih baik pada masa depan.
WHO mengirim delegasi internasional ke China awal tahun ini dalam misi empat minggu untuk menentukan asal usul virus corona. Laporan mereka menyimpulkan bahwa patogen berasal dari satu hewan dan menular pada manusia. Tetapi banyak orang, termasuk Presiden AS Joe Biden, merasa penyelidikan itu “tidak cukup dan tidak meyakinkan.” Tedros menyerukan studi lebih lanjut tentang masalah ini.
Dalam jumpa pers hari Kamis, Tedros juga melaporkan Komite Darurat WHO telah menyampaikan keprihatinan bahwa pandemi COVID-19 disalahartikan akan berakhir, sementara pandemi masih jauh dari selesai.
Tedros mengatakan komite itu, yang pada hari Kamis mengadakan pertemuan kedelapan untuk 2021, juga memperingatkan tentang kemungkinan kuat munculnya dan penyebaran global, varian baru COVID-19 dan mungkin lebih berbahaya yang bahkan mungkin lebih sulit dikendalikan.
Ia mengatakan komite itu meminta semua negara untuk mendukung tujuan WHO guna memvaksinasi sedikitnya 10% dari populasi setiap negara menjelang akhir September. [my/lt]