Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan pada Kamis (10/10) untuk membahas operasi militer di timur laut Suriah, operasi anti teror yang disebut Turki “terukur dan bertanggung jawab,” sementara pasukan Kurdi berdalih, “menyelamatkan rakyat dari genosida.”
Seluruh anggota dewan keamanan sepakat dalam pandangannya bahwa serangan Turki memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengkhawatirkan, dan beberapa anggota meminta agar Turki menghentikan operasi militernya.
BACA JUGA: PBB Khawatirkan Nasib Warga Sipil di Perbatasan Suriah-TurkiTurki melancarkan serangan yang telah direncanakan jauh hari sebelumnya itu pada Rabu, ditujukan untuk menumpas pasukan Kurdi yang dianggap sebagai teroris, namun dianggap pihak Barat sebagai sekutu penting dalam perang melawan ISIS. Operasi militer itu dimulai beberapa hari setelah pernyataan mengejutkan dan yang dikritik luas dikeluarkan Gedung Putih terkait penarikan pasukan AS dari kawasan itu.
Presiden AS Donald Trump pada Kamis terus membela gerakan pasukan Kurdi. Lewat Twitter, Trump menyebut bahwa, “Turki telah merencanakan serangan terhadap Kurdi sejak lama. Mereka telah bertempur terus menerus. Kita tidak punya pasukan militer di sekitar lokasi itu. Saya mencoba menghentikan perang tak berujung ini.” Dia juga mengancam akan, “menyerang Turki dengan keras” melalui pemberian sanksi jika Turki tidak, “bermain sesuai aturan.”
Pasukan Turki memulai dengan serangan udara lalu kemudian mengirimkan pasukan darat. Menteri Pertahanan Turki mengungkapkan, Kamis, bahwa operasi tersebut terus berjalan dengan sukses.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengklaim, tanpa banyak menjelaskan, bahwa 109 “teroris” telah dibunuh, merujuk pada pasukan Kurdi Suriah. Dia juga mengancam akan mengirim pengungsi Suriah ke Eropa jika Uni Eropa menyebut operasi militer yang dilakukan Turki adalah bentuk “invasi.”
Sekjen NATO Jens Stoltenberg dijadwalkan menemui Erdogan di Istanbul pada Jumat (11/10). (ti)