Doktor Taufik adalah dosen teknik elektronika di California Polytechnic State University atau Cal Poly. Cal Poly adalah universitas dengan mahasiswa S1 teknik terbesar di California, dengan jumlah mahasiswa sebanyak 17.000 di kampus yang terletak di antara kota Los Angeles dan San Francisco itu.
Namanya unik bagi orang Amerika, karena hanya terdiri dari satu nama. Di awal masa kuliah, ia sering kali harus menjelaskan kepada siswanya bagaimana menuliskan namanya ketika mendaftar di kelasnya.
“Kalau mahasiswa saya, register di kelas saya, first name-nya bukan Taufik, tapi N-F-N, jadi ada 3 huruf, N-F-N terus Taufik, N-F-N itu singkatan, singkatan dari No First Name. Jadi kalau hari pertama saya harus ngejelasin, jadi saya jelasin, itu kalau manggil saya jangan Nefen (NFN) ya, karena itu bukan nama saya, nama saya Taufik, Nefen itu artinya No First Name, saya dari Indonesia, di Indonesia sangat umum sekali orang punya nama cuma 1 seperti itu,” ujarnya sambil tertawa.
Tak hanya dikenal karena memiliki satu nama, Doktor Taufik ini juga popular di kalangan mahasiswa karena caranya mengajar.
Menurut salah satu mahasiswa yang mengikuti kelasnya, Cassidy Aarstad, DR. Taufik mampu menjelaskan konsep yang sulit dengan sederhana dan dapat dipahami dengan cepat.
“Kalau harus menjelaskan suatu konsep, karena mungkin saya sudah tahu konsepnya seperti apa, saya lebih memilih pendekatannya dari simple aja dulu, karena saya percaya hal yang sangat complicated ya bisa dijelaskan dengan konsep-konsep yang simple atau sederhana. Itu filosofi saya dalam mengajar. Biasanya orang kalau ngajar elektro itu dari top down, jadi mereka ngasih liat yang susahnya dulu. Tapi kalau saya nggak, saya bangun dari fundamental dulu, dari basisnya dulu, kita bangun satu per satu sampai akhirnya kita memperlihatkan circuitnya secara keseluruhan,” jelasnya.
Taufik sudah mengajar di Cal Poly sejak tahun 1999, setelah meraih gelar doctor dari Cleveland State University. Awalnya ia tidak berniat menjadi dosen, namun pembimbingnya saat kuliah S3 melihat kemampuan Taufik berkomunikasi dengan mahasiswa sewaktu menjadi asisten di lab dan menyarankannya untuk menjadi pengajar. Sebelum meraih gelar doctor, Taufik mendapatkan gelar sarjana informatika dari Northern Arizona University dan kemudian meraih gelar master di bidang teknik elektronika dari University of Illinois Chicago.
Mahasiswa lainnya, Aflredo Medina, juga mengamini hal itu. “Menurut saya ia dosen yang sangat bagus dan cara mengajar Doktor Taufik mudah dimengerti. Kebanyakan dosen lupa bagaimana bisa memahami cara berpikir mahasiswa karena pengetahuan mereka biasanya sangat luas, dan itu menyulitkan mereka berkomunikasi dengan siswa. Tapi tidak begitu dengan Doktor Taufik, ia ingat seperti apa rasanya menjadi mahasiswa dan dia gampang nyambung dengan mahasiswanya. Menurut saya ini yang membuat proses belajar dengannya jauh lebih mudah.”
Taufik yang berprinsip jangan pernah lelah mencari ilmu memang amat mencintai dunia pendidikan. Dedikasi dan komitmennya telah membuahkan banyak penghargaan sebagai dosen teladan.
Your browser doesn’t support HTML5
Salah seorang rekannya di Cal Poly, Dennis Derickson, yang merupakan Ketua Jurusan Teknik Elektronika, mengatakan, “Ia selalu ada untuk mahasiswanya. Ia punya prinsip, kalau tidak sibuk dia selalu bisa dihubungi. Pintunya selalu terbuka dan dia selalu meluangkan waktunya untuk para mahasiswa.” Dennis menambahkan DR. Taufik punya kepribadian seperti magnet, “orang-orang suka berada di dekatnya.”
Walau telah meninggalkan Indonesia sejak tahun 1989, Taufik tetap berupaya memberikan kontribusi bagi tanah airnya. Keinginan untuk pulang ke tanah air kerap ia rasakan, namun akhirnya ia kubur karena ia merasa tetap bisa berkontribusi bagi Indonesia, walaupun dari negeri seberang.
Taufik menambahkan, “Sebenarnya keinginan untuk pulang itu sangat kuat ya, tapi setelah saya pikir-pikir bukan masalah. Banyak orang mengira itu masalah uang, masalah gaji. Padahal kalau kita lihat-lihat, gaji dosen di Amerika pun, sama, rendah, kalau dibanding biaya hidup, termasuk rendah. Tapi kenapa saya bertahan di sini karena menurut saya, saya lebih bisa berkontribusi banyak ke Indonesia kalau saya kerja di sini. Dengan apa? Dengan banyak cara, misalnya dengan membuka pintu bagi para dosen Indonesia untuk bekerjasama dengan saya, karena kita punya fasilitas lengkap di sini.”
Proyek yang tengah dikembangkan Taufik saat ini adalah “DC House,” dan merupakan kolaborasi antara Cal Poly dengan Universitas Padjajaran di Bandung.
“Riset saya itu saya namai DC House Project, DC singkatan Direct Current. Visi saya, mudah-mudahan, suatu saat di Indonesia akan lebih banyak lagi rumah yang didayai oleh renewable energy dengan sistem DC. Karena sistem DC ini lebih efisien kalau digunakan langsung dari solar panel karena solar panel itu mengeluarkan DC, kalau kita ubah dulu ke AC gak efisien,” ujarnya.
Doktor Taufik juga banyak melakukan pertukaran informasi dan kurikulum ketika ia berkunjung ke berbagai universitas di Indonesia. Sejauh ini sudah ada dua dosen Indonesia yang datang ke Cal Poly dan menjalankan riset bersamanya, masing-masing dari Unpad dan Politeknik Malang.
Selain fasilitas, juga akses ke publikasi riset di Amerika, riset DC Project telah dimulai Taufik sejak tahun 2010. Saat ini sudah ada prototype DC House di kampus Cal Poly yang sudah terbukti dapat diaplikasikan. Serta satu lagi yang baru selesai dibangun di kampus Unpad. [dw]