Seth mulai tertarik memproduksi tempe sejak menjadi seorang vegetarian. Sebagai seorang vegetarian, ia mendapatkan asupan protein dari kacang kedele yang ia konsumsi dalam bentuk burger kedele. Namun, burger kedele yang ia konsumsi sulit untuk dicerna dan menginspirasinya untuk membuat tempe sendiri.
Seth yang mulai mengenal tempe tahun 1977 sewaktu bekerja di Tennesse lantas belajar membuat tempe sendiri, yang lebih mudah dicerna, memiliki tekstur dan rasanya enak.
Ia mulai memproduksi tempe secara komersil tahun 1980 dan sejak itu terus memperbesar pabriknya.
“Pada hari Thanksgiving tahun 1995, saya tidak bisa makan apapun, karena biasanya pada hari Thanksgiving, orang-orang makan daging kalkun. Lalu saya menciptakan Tofurky, yang mirip seperti kalkun secara rasa dan tekstur, tapi terbuat dari tahu dan protein gandum. Sejak itu saya memproduksi Tofurky hingga saat ini,” kata Seth.
Sebagai pelopor makanan vegan terbuat dari tahu dan protein gandum, produk ‘Tofurky’ memperoleh banyak publisitas hingga memperoleh respon positif dari konsumen.
Kini ‘Tofurky’ memproduksi 2000 kilogram tempe per hari. Terbuat dari kacang kedele organik, seluruh proses pembuatan tempe, dari memasak, mengeringkan, mencampur ragi dan mengemas dalam plastik berlubang dilakukan dengan mesin.
Selain membuat tempe biasa, ‘Tofurky’ juga membuat burger tempe. Burger tempe ini dibuat di sebuah ruangan fermentasi yang Seth sebut sebagai Indonesia kecil, karena suhunya mirip seperti Jakarta. “Di sini, kami membuat tempe seperti daging yang biasa ditemui di burger, yang mengandung beras, beras merah dan kacang kedele. Lezat sekali,” kata Seth.
Memang untuk pasar Amerika, Seth membuat tempe yang tak hanya mengandung kacang kedele, tapi juga jawawut, beras, wijen dan biji bunga matahari.
Dalam ruang bersuhu 31 derajat celcius ini, tempe diinkubasi selama 24 jam. Setelah itu dikukus untuk mencegah kontaminasi, lalu dimasukkan ke ruang pendingin.
Selain tempe, ‘Tofurky’ juga memproduksi berbagai jenis makanan vegan lainnya seperti ayam panggang, sosis, pepperoni dan baloney.
“Perusahaan kami peduli lingkungan. Kami membuat makanan seperti tempe dan tahu yang bahannya berasal dari tanaman dan bukannya hewan, jadi perusahaan kami lebih efisien dan juga berkesinambungan,” kata Seth.
Seth juga hanya memakai materi daur ulang dalam pengemasan produk-produknya, sebagai bentuk lain kepedulian terhadap lingkungan.