Ketua Komisi VIII DPR Saleh P. Daulay mengatakan keluarga korban musibah derek di Mekah Arab Saudi seharusnya sudah mendapatkan uang santunan dari pemerintah Arab Saudi tetapi hingga kini belum juga diberikan.
Pemerintah Indonesia, lanjutnya, harus segera menindaklanjuti hal tersebut. Dia menilai diplomasi Indonesia untuk memberikan perlindungan bagi warganya masih sangat lemah. Menurutnya pemerintah Indonesia seakan tidak berdaya menghadapi arogansi Arab Saudi.
Your browser doesn’t support HTML5
"Diplomasi Indonesia untuk memberi perlindungan bagi warga negara Indonesia di luar negeri, khususnya Arab Saudi, khususnya lagi waktu melaksanakan ibadah haji masih sangat lemah," kata Saleh.
Ambruknya derek raksasa di kompleks Masjidil Al-Haram di Kota Mekah pada 11 September 2015 mengakibatkan 111 jamaah haji tewas dan lebih dari 200 lainnya luka-luka. Jamaah haji asal Indonesia yang meninggal dalam kejadian itu berjumlah 37 orang.
Beberapa hari setelah kejadian Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz mengumumkan akan memberikan santunan satu juta riyal bagi keluarga korban wafat dan setengah juta riyal untuk keluarga korban cacat tetap. Namun hingga tujuh bulan setelah musibah itu, uang santunan yang dijanjikan belum diterima.
Menteri Agama LukmanHakim Saifuddin menjelaskan tertundanya pemberian santunan bagi keluarga korban ambruknya derek raksasa di Masjid Al-Haram lantaran masih ada beberapa negara belum menyerahkan daftar nama-nama korban.
Lukman Hakim menambahkan pemerintah Indonesia memilih teknik soft diplomacy, dengan memperhatikan unsur sosiologis dan kultural serta memperhatikan prinsip win win solution dalam membangun diplomasi dengan pemerintah Arab Saudi.
"Jadi Arab Saudi memiliki kebijakan pemberian santunan kepada seluruh keluarga korban jatuhnya crane akan dilakukan serentak kepada seluruh keluarga korban di semua negara. Karena masih ada satu dua negara belum melengkapi data-data korban, Indonesia sejak beberapa bulan lalu sudah menyerahkan nama-nama korban tentu harus menunggu bersama yang lain," kata Lukman Hakim.
Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel, yang baru muilai bertugas bulan lalu, pun mengakui posisi Indonesia lemah di mata Arab Saudi. Dalam berdiplomasi dengan Arab Saudi, Agus Maftuh memperkenalkan istilah Poros Saudnesia (Saudi-Indonesia) untuk menciptakan hubungan berimbang dan timbal-balik.
"Selama ini antara Indonesia dan Arab Saudi adalah diplomasi tidak berimbang sehingga dampaknya bisa kemana-mana. Haji sudah kita persiapkan bagus di tanah air, tiba-tiba di sana pejabat kita di sana tidak mendapat tempat atau penghormatan layak sebagaimana delegasi-delegasi lain," kata Agus Maftuh Abegebriel.
Sebagai Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, lanjutnya, Maftuh berniat mewujudkan wibawa diplomasi di semua lini, termasuk urusan haji. [fw/lt]