Draf Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Selesai, Diserahkan ke Hamas dan Israel

Warga Palestina berkumpul untuk menerima bantuan makanan yang didistribusikan di sepanjang pinggir jalan di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza bagian tengah pada 11 Januari 2025, saat perang antara Israel dan militan Hamas terus berlanjut. (Foto: AFP)

Pejabat tersebut mengatakan bahwa teks mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera disampaikan oleh Qatar kepada kedua belah pihak dalam pembicaraan di Doha. Pertemuan tersebut dihadiri oleh kepala badan mata-mata Israel, Mossad dan Shin Bet, serta perdana menteri Qatar.

Pihak mediator, Senin (13/1), menyerahkan draf akhir kesepakatan gencatan senjata kepada Israel dan Hamas untuk mengakhiri perang di Gaza, menurut seorang pejabat yang terlibat dalam pembicaraan tersebut. Hal ini terjadi setelah adanya "terobosan" pada tengah malam dalam perundingan yang dihadiri oleh utusan Joe Biden dan Donald Trump.

Pejabat tersebut mengatakan bahwa teks mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera disampaikan oleh Qatar kepada kedua belah pihak dalam pembicaraan di Doha. Pertemuan tersebut dihadiri oleh kepala badan mata-mata Israel, Mossad dan Shin Bet, serta perdana menteri Qatar.

Pejabat tersebut menyebutkan bahwa Steve Witkoff, yang akan menjadi utusan Amerika ketika Trump kembali ke kursi kepresidenan minggu depan, hadir dalam pembicaraan tersebut.

Seorang sumber Amerika juga mengungkapkan bahwa utusan pemerintahan Biden yang akan segera berakhir, Brett McGurk, turut hadir di sana.

"Dua puluh empat jam ke depan akan menjadi titik krusial untuk mencapai kesepakatan," kata pejabat itu, yang menggambarkan rancangan tersebut sebagai hasil terobosan yang dicapai pada Senin dini hari.

Orang-orang mengeluarkan jenazah korban dari reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan Israel di Kamp Bureij untuk pengungsi Palestina di Jalur Gaza bagian tengah pada 8 Januari 2025. (Foto: AFP)

Radio Israel Kan, mengutip seorang pejabat Israel, melaporkan pada Senin bahwa delegasi Israel dan Hamas di Qatar telah menerima rancangan tersebut, dan delegasi Israel telah memberikan pengarahan kepada para pemimpin Israel. Namun, Israel, Hamas, dan Kementerian Luar Negeri Qatar belum memberikan tanggapan atas permintaan konfirmasi atau komentar.

Para pejabat di kedua belah pihak, meskipun tidak mengonfirmasi bahwa rancangan akhir telah dicapai, menggambarkan adanya kemajuan dalam pembicaraan tersebut.

"Negosiasi atas beberapa isu inti mengalami kemajuan dan kami sedang berupaya untuk segera menyelesaikan apa yang tersisa," kata seorang pejabat Hamas kepada Reuters pada Senin (13/1), yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitivitas masalah tersebut.

Seorang pejabat senior Israel mengatakan bahwa kesepakatan dapat tercapai dalam beberapa hari jika Hamas merespons proposal tersebut. Seorang pejabat Palestina yang terlibat dalam pembicaraan tersebut menyebut informasi dari Doha "sangat menjanjikan," sambil menambahkan, "Kesenjangan semakin sempit, dan ada dorongan besar menuju kesepakatan jika semuanya berjalan lancar hingga akhir."

BACA JUGA: Ada Tanda-tanda Mengarah ke Gencatan Senjata Israel-Hamas

Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir telah berusaha lebih dari setahun untuk memfasilitasi perundingan guna mengakhiri perang di Gaza, tetapi hingga kini masih gagal.

Di Kairo, seorang pejabat keamanan Mesir mengatakan kepada Reuters bahwa draf yang dikirim ke kedua pihak yang bertikai tidak memuat perjanjian akhir, tetapi "bertujuan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang belum terselesaikan yang telah menghambat negosiasi sebelumnya."

Pihak-pihak yang bertikai telah sepakat selama berbulan-bulan mengenai prinsip umum untuk menghentikan pertempuran dengan imbalan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas dan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.

Namun, Hamas selalu menegaskan bahwa kesepakatan harus mengarah pada penghentian perang secara permanen dan penarikan pasukan Israel dari Gaza, sementara Israel menyatakan tidak akan mengakhiri perang sampai Hamas dibubarkan.

Pelantikan Trump pada 20 Januari kini dipandang di wilayah tersebut sebagai tenggat waktu de facto. Presiden terpilih tersebut mengatakan akan ada "neraka yang harus dibayar" kecuali sandera yang ditahan oleh Hamas dibebaskan sebelum ia menjabat, sementara Presiden Biden yang akan habis masa jabatannya juga mendorong keras agar kesepakatan tercapai sebelum ia lengser. [ah/es]