Menteri Perhubungan Jepang Yuichiro Hata dan Menteri Pos Mikio Shimoji turut bersama puluhan anggota parlemen hari Kamis di Tugu Pahlawan Yasukuni di Tokyo.
Pemerintah Tiongkok dan Korea Selatan mengecam ziarah ke makam militer Jepang di Tokyo yang kontroversial oleh anggota kabinet Jepang.
Ziarah hari Kamis oleh dua menteri kabinet Jepang, mantan perdana menteri Yoshiro Mori, dan lebih dari 60 anggota parlemen dari berbagai partai ke makam militer Yasukuni segera memicu kecaman di negara-negara Asia lainnya.
Yasukuni, di mana jasad penjahat-penjahat perang Kelas Satu dimakamkan, dipandang sebagai lambang agresi militer Jepang pada awal abad ke-20.
Para pejabat Jepang mengatakan ziarah itu bertepatan dengan festival musim gugur.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan Cho Tai-young menyebut tindakan oleh para politisi Jepang itu tidak bertanggung jawab, mengabaikan perasaan para korban imperialism Jepang pada masa silam di negara-negara tetangganya.
Cho mengatakan Pemerintah Korea menginginkan para pemimpin politik Jepang bertanggung jawab dan dengan rendah hati tidak mengungkit sejarah.
Di Beijing, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hong Lei juga mengimbau Jepang agar bercermin pada sejarah, untuk bisa hidup berdampingan dengan negara-negara tetangganya.
Hong mengatakan makam itu melambangkan tonggak agresi Jepang di luar negeri.
Salah seorang anggota kabinet yang berziarah, Menteri Swastanisasi Pos Mikio Shimoji mengatakan, ia melakukan ziarah itu dalam jabatan resmi sebagai sekretaris jenderal Partai Baru Rakyat, sekutu Partai Demokrat yang berkuasa.
Shimoji mengatakan, ia berharap ziarah yang dilakukannya bersama para politisi lainnya tidak menjadi isu diplomatik besar.
Para politisi itu berada di makam militer itu sehari setelah pemimpin kelompok oposisi utama Partai Demokrasi Liberal, Shinzo Abe, berziarah di sana.
Kantaor berita Tiongkok Xinhua mengatakan ziarah yang dilakukan Abe memberi pukulan lain terhadap hubungan Sino-Jepang yang sudah rapuh.
Abe, mantan perdana menteri bergaris keras, adalah calon utama yang berusaha kembali berkuasa jika kelompok oposisi menang dalam pemilu mendatang.
Perdana menteri yang sekarang Yoshihiko Noda dari Partai Demokrat, tidak ikut berziarah ke Yasukini dan telah meminta para anggota kabinetnya agar tidak berziarah juga, namun tidak diindahkan.
Ziarah hari Kamis oleh dua menteri kabinet Jepang, mantan perdana menteri Yoshiro Mori, dan lebih dari 60 anggota parlemen dari berbagai partai ke makam militer Yasukuni segera memicu kecaman di negara-negara Asia lainnya.
Yasukuni, di mana jasad penjahat-penjahat perang Kelas Satu dimakamkan, dipandang sebagai lambang agresi militer Jepang pada awal abad ke-20.
Para pejabat Jepang mengatakan ziarah itu bertepatan dengan festival musim gugur.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan Cho Tai-young menyebut tindakan oleh para politisi Jepang itu tidak bertanggung jawab, mengabaikan perasaan para korban imperialism Jepang pada masa silam di negara-negara tetangganya.
Cho mengatakan Pemerintah Korea menginginkan para pemimpin politik Jepang bertanggung jawab dan dengan rendah hati tidak mengungkit sejarah.
Di Beijing, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hong Lei juga mengimbau Jepang agar bercermin pada sejarah, untuk bisa hidup berdampingan dengan negara-negara tetangganya.
Hong mengatakan makam itu melambangkan tonggak agresi Jepang di luar negeri.
Salah seorang anggota kabinet yang berziarah, Menteri Swastanisasi Pos Mikio Shimoji mengatakan, ia melakukan ziarah itu dalam jabatan resmi sebagai sekretaris jenderal Partai Baru Rakyat, sekutu Partai Demokrat yang berkuasa.
Shimoji mengatakan, ia berharap ziarah yang dilakukannya bersama para politisi lainnya tidak menjadi isu diplomatik besar.
Para politisi itu berada di makam militer itu sehari setelah pemimpin kelompok oposisi utama Partai Demokrasi Liberal, Shinzo Abe, berziarah di sana.
Kantaor berita Tiongkok Xinhua mengatakan ziarah yang dilakukan Abe memberi pukulan lain terhadap hubungan Sino-Jepang yang sudah rapuh.
Abe, mantan perdana menteri bergaris keras, adalah calon utama yang berusaha kembali berkuasa jika kelompok oposisi menang dalam pemilu mendatang.
Perdana menteri yang sekarang Yoshihiko Noda dari Partai Demokrat, tidak ikut berziarah ke Yasukini dan telah meminta para anggota kabinetnya agar tidak berziarah juga, namun tidak diindahkan.