Dubes AS: China Harus Berterus Terang Soal Asal-usul COVID

Duta Besar AS untuk China Nicholas Burns menghadiri Forum Perdamaian Dunia di Universitas Tsinghua di Beijing, China, pada 4 Juli 2022. (Foto: Reuters/Yew Lun Tian)

Duta Besar Amerika Serikat untuk China, Nicholas Burns, mengatakan Beijing perlu lebih terbuka soal asal-usul pandemi COVID-19. Ia mengatakan hal tersebut sehari setelah laporan Departemen Energi Amerika Serikat yang menyimpulkan bahwa wabah kemungkinan dimulai karena kebocoran laboratorium di China.

Dalam acara Kamar Dagang AS, melalui tautan video pada Senin (27/2), Burns mengatakan, China perlu "lebih jujur tentang apa yang terjadi tiga tahun lalu di Wuhan terkait asal mula krisis COVID-19." Wuhan adalah kota di China, di mana kasus pertama virus baru corona dilaporkan pada Desember 2019.

Departemen Energi memaparkan penilaiannya dalam laporan intelijen rahasia yang diberikan kepada Gedung Putih dan anggota kunci Kongres, menurut Wall Street Journal (WSJ). Harian WSJ pertama kali melaporkan perkembangan itu, mengutip orang-orang yang membaca laporan tersebut.

BACA JUGA: Korsel Cabut Persyaratan Tes COVID-19 untuk Pengunjung dari China

WSJ mengatakan badan intelijen Departemen Energi kini menjadi badan intelijen kedua Amerika Serikat setelah FBI yang menyimpulkan bahwa kebocoran laboratorium China adalah kemungkinan menjadi penyebab pandemi, meskipun agen mata-mata Amerika Serikat belum satu suara terkait dengan asal-usul virus tersebut.

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby menggemakan sentimen itu. "Belum ada kesimpulan dan konsensus yang pasti dalam pemerintah Amerika Serikat tentang asal mula pandemi COVID-19," kata Kirby kepada wartawan pada Senin, ketika ditanya tentang laporan WSJ.

Penilaian Departemen Energi dibuat dengan "kepercayaan rendah", sedangkan kesimpulan FBI ditetapkan dengan "kepercayaan sedang", menurut WSJ. Empat lembaga lainnya dilaporkan telah memutuskan dengan "keyakinan rendah" bahwa virus itu ditularkan secara alami melalui hewan, sementara dua lembaga lain masih belum memutuskan.

Laporan tersebut kembali membawa perhatian nasional pada pertanyaan tentang apa yang menyebabkan wabah COVID-19. [ka/rs]