Duta Besar Suriah untuk PBB menolak laporan setebal 20 halaman yang disampaikan di hadapan sidang Dewan Keamanan PBB di Jenewa, Swiss.
Menurut penyelidik PBB, situasi di Suriah berbahaya dan memburuk dengan cepat. Mereka mengatakan, pelanggaran HAM, termasuk penyiksaan dan eksekusi, terus meningkat dan dilakukan kedua pihak.
Penyelidik juga menyampaikan temuan tentang pembantaian di kota Houla bulan Mei. Wartawan VOA Lisa Schlein melaporkan dari Dewan HAM PBB di Jenewa.
Lebih dari 100 orang tewas dalam pembantaian di Houla, desa di provinsi Homs, Suriah. Ketua tim penyelidik PBB, Paulo Pinheiro, mengatakan tidak mungkin memastikan siapa pelaku pembantaian.
Komisi Penyelidik PBB tidak mengesampingkan kemungkinan pejuang anti-pemerintah yang bertanggung-jawab walaupun hal itu dianggap sangat tidak mungkin.
"Ketidakkonsistenan bukti yang ada menghambat kemampuan kami menentukan identitas pelaku. Namun, kami berpendapat, sangat mungkin tentara bertanggung-jawab atas banyaknya kematian. Kami akan terus menyelidiki sampai mandat kami berakhir," kata Pinheiro.
Suriah tidak pernah mengizinkan PBB melakukan penyelidikan di dalam negara itu. Tetapi hal itu kini mungkin berubah. Pinheiro mengukuhkan, untuk pertama kali, ia bisa berkunjung ke Suriah pada akhir pekan dan berbicara dengan pejabat-pejabat senior. Ia percaya hal itu bisa membuka jalan bagi Komisi Penyelidik PBB untuk mulai bekerja di dalam Suriah.
Laporan setebal 20 halaman yang disampaikan kepada Dewan HAM PBB menggambarkan pelanggaran berat HAM yang dilakukan tentara dan milisi yang setia kepada pemerintah Suriah.
Laporan itu mengutip penangkapan dan penahanan yang melanggar hukum, penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan buruk. Laporan itu juga menuduh mereka melakukan kekerasan seksual terhadap laki-laki, perempuan dan anak-anak.
Penyelidik PBB juga mengajukan bukti-bukti pembunuhan, penyiksaan, dan penculikan warga sipil oleh kelompok-kelompok oposisi bersenjata. Mereka memiliki laporan bahwa kelompok anti-pemerintah bersenjata menggunakan anak-anak sebagai kuli, kurir dan tukang masak, sehingga mereka berisiko mati dan cedera.
Duta Besar Suriah Faysal Khabbaz Hamoui menuduh penyelidik memaparkan informasi dari media yang bias dan tidak mewakili kebenaran. Menurutnya, krisis di Suriah bukan akibat aksi-aksi protes damai, melainkan akibat perang yang dibiayai dari luar negeri.
Berbicara melalui seorang penerjemah, Duta Besar Hamoui menolak laporan yang katanya bersifat memfitnah dan menghina negaranya.
"Dengan alasan itu, kami tidak akan ikut dalam pertemuan yang dipolitisir ini, pertemuan yang terang-terangan dipolitisir hanya untuk menyerang Suriah dan rakyatnya, " kata Hamoui, yang kemudian bergegas keluar ruangan.
Utusan internasional untuk Suriah, Kofi Annan, menegaskan, pertemuan tingkat menteri untuk membahas konflik Suriah akan diadakan di Jenewa, Swiss, hari Sabtu (30/6).
Penyelidik juga menyampaikan temuan tentang pembantaian di kota Houla bulan Mei. Wartawan VOA Lisa Schlein melaporkan dari Dewan HAM PBB di Jenewa.
Lebih dari 100 orang tewas dalam pembantaian di Houla, desa di provinsi Homs, Suriah. Ketua tim penyelidik PBB, Paulo Pinheiro, mengatakan tidak mungkin memastikan siapa pelaku pembantaian.
Komisi Penyelidik PBB tidak mengesampingkan kemungkinan pejuang anti-pemerintah yang bertanggung-jawab walaupun hal itu dianggap sangat tidak mungkin.
"Ketidakkonsistenan bukti yang ada menghambat kemampuan kami menentukan identitas pelaku. Namun, kami berpendapat, sangat mungkin tentara bertanggung-jawab atas banyaknya kematian. Kami akan terus menyelidiki sampai mandat kami berakhir," kata Pinheiro.
Suriah tidak pernah mengizinkan PBB melakukan penyelidikan di dalam negara itu. Tetapi hal itu kini mungkin berubah. Pinheiro mengukuhkan, untuk pertama kali, ia bisa berkunjung ke Suriah pada akhir pekan dan berbicara dengan pejabat-pejabat senior. Ia percaya hal itu bisa membuka jalan bagi Komisi Penyelidik PBB untuk mulai bekerja di dalam Suriah.
Laporan setebal 20 halaman yang disampaikan kepada Dewan HAM PBB menggambarkan pelanggaran berat HAM yang dilakukan tentara dan milisi yang setia kepada pemerintah Suriah.
Laporan itu mengutip penangkapan dan penahanan yang melanggar hukum, penyiksaan dan bentuk-bentuk perlakuan buruk. Laporan itu juga menuduh mereka melakukan kekerasan seksual terhadap laki-laki, perempuan dan anak-anak.
Penyelidik PBB juga mengajukan bukti-bukti pembunuhan, penyiksaan, dan penculikan warga sipil oleh kelompok-kelompok oposisi bersenjata. Mereka memiliki laporan bahwa kelompok anti-pemerintah bersenjata menggunakan anak-anak sebagai kuli, kurir dan tukang masak, sehingga mereka berisiko mati dan cedera.
Berbicara melalui seorang penerjemah, Duta Besar Hamoui menolak laporan yang katanya bersifat memfitnah dan menghina negaranya.
"Dengan alasan itu, kami tidak akan ikut dalam pertemuan yang dipolitisir ini, pertemuan yang terang-terangan dipolitisir hanya untuk menyerang Suriah dan rakyatnya, " kata Hamoui, yang kemudian bergegas keluar ruangan.
Utusan internasional untuk Suriah, Kofi Annan, menegaskan, pertemuan tingkat menteri untuk membahas konflik Suriah akan diadakan di Jenewa, Swiss, hari Sabtu (30/6).