Menlu Yordania Nasser Judeh mengatakan Selasa (13/5) bahwa Duta Besar Fawaz al-Etan dalam kesehatan yang baik dan pulang ke Yordania setelah dibebaskan.
Dutabesar Yordania untuk Libya, Fawaz al-Etan dibebaskan hari Selasa (13/5) setelah disekap oleh penculiknya selama hampir satu bulan.
Sekelompok kecil pejabat Yordania dan anggota keluarga mereka bertepuk tangan merayakan kepulangan dilpomat Fawaz al-Etan yang diculik, di bandar udara militer Amman, setelah apa yang digambarkannya sebagai penahanan selama empat minggu yang sulit di Libya.
Meskipun mengalami cobaan berat, Fawaz al-Itan berbicara kepada para wartawan sebelum meninggalkan bandar udara. Ia mengatakan, penyelesaian itu dilakukan oleh berbagai penengah Yordania dan Libya, dan konflik itu diselesaikan secara damai, secara terhormat dan secara beradab. Tetapi katanya dengan bergurau, keadaan berat itu tetap merupakan penculikan.
Fawaz al Itan terus mengecilkan masalah tentang penculikan dirinya, berkeras bahwa kejadian itu merupakan kejadian tersendiri, dan tidak ada sengketa besar antara Yordania dan Libya. Dia menjelaskan, bahwa ia ditahan oleh keluarga seorang warga Libya yang ditawan di Yordania.
Mohammed al Darsi, seorang warga negara Libya yang ditahan di Yordania sejak tahun 2007 , menurut laporan dibebaskan akhir pekan lalu, sebagai bagian dari persetujuan untuk membebaskan Dutabesar al Itan.
Darsi ditahan oleh Yordania karena melakukan persekongkolan untuk membom pangkalan udara utama negara itu.
Menteri Luar Negeri Yordania Nasser al-Judeh mengatakan dalam jumpa pers bahwa tidak ada persetujuan yang dilakukan untuk membebaskan Dutabesar al Itan.
Menurut Nasser, Yordania bekerjasama dengan pemerintah Libya untuk usaha pembebasan itu. Katanya, Yordania menyerahkan tawanannya Mohammed al Darsi sesuai dengan Konvensi Riyadh, di mana para tawanan dibolehkan menyelesaikan masa tahanannya di negara mereka.
Sejumlah diplomat Mesir dan Tunisia telah diculik di Libya dalam bulan-bulan belakangan ini. Mesir menurut laporan menukar seorang komandan milisi Libya yang ditahannya untuk membebaskan diplomatnya sebagai imbalan.
Seorang diplomat Tunisia baru-baru ini memohon kepada negaranya untuk menjamin pembebasannya, sambil menangis, mencucurkan air mata , dalam sebuah rekaman video yang dirilis oleh para penculiknya.
Sekelompok kecil pejabat Yordania dan anggota keluarga mereka bertepuk tangan merayakan kepulangan dilpomat Fawaz al-Etan yang diculik, di bandar udara militer Amman, setelah apa yang digambarkannya sebagai penahanan selama empat minggu yang sulit di Libya.
Meskipun mengalami cobaan berat, Fawaz al-Itan berbicara kepada para wartawan sebelum meninggalkan bandar udara. Ia mengatakan, penyelesaian itu dilakukan oleh berbagai penengah Yordania dan Libya, dan konflik itu diselesaikan secara damai, secara terhormat dan secara beradab. Tetapi katanya dengan bergurau, keadaan berat itu tetap merupakan penculikan.
Fawaz al Itan terus mengecilkan masalah tentang penculikan dirinya, berkeras bahwa kejadian itu merupakan kejadian tersendiri, dan tidak ada sengketa besar antara Yordania dan Libya. Dia menjelaskan, bahwa ia ditahan oleh keluarga seorang warga Libya yang ditawan di Yordania.
Mohammed al Darsi, seorang warga negara Libya yang ditahan di Yordania sejak tahun 2007 , menurut laporan dibebaskan akhir pekan lalu, sebagai bagian dari persetujuan untuk membebaskan Dutabesar al Itan.
Darsi ditahan oleh Yordania karena melakukan persekongkolan untuk membom pangkalan udara utama negara itu.
Menteri Luar Negeri Yordania Nasser al-Judeh mengatakan dalam jumpa pers bahwa tidak ada persetujuan yang dilakukan untuk membebaskan Dutabesar al Itan.
Menurut Nasser, Yordania bekerjasama dengan pemerintah Libya untuk usaha pembebasan itu. Katanya, Yordania menyerahkan tawanannya Mohammed al Darsi sesuai dengan Konvensi Riyadh, di mana para tawanan dibolehkan menyelesaikan masa tahanannya di negara mereka.
Sejumlah diplomat Mesir dan Tunisia telah diculik di Libya dalam bulan-bulan belakangan ini. Mesir menurut laporan menukar seorang komandan milisi Libya yang ditahannya untuk membebaskan diplomatnya sebagai imbalan.
Seorang diplomat Tunisia baru-baru ini memohon kepada negaranya untuk menjamin pembebasannya, sambil menangis, mencucurkan air mata , dalam sebuah rekaman video yang dirilis oleh para penculiknya.